"Air masuk ke sekolah. Masuk ke dalam kelas. Masuk ke kantor. Lumpur-lumpurnya ikut masuk. Tiga hari baru kering. Itu pun tunggu surut dulu baru kami bersihkan ramai-ramai sama murid-murid. Kalau belajar ya terhambat," kata Hayati saat diwawancarai, Sabtu (27/05/2023).
Karena bangunan dan fasilitas sekolah kurang memadai, diterjang banjir rob disertai angin kencang membuat bangunan makin parah.
"Yang hancur itu dahulunya taman kanak-kanak - sekarang tidak digunakan lagi. Cuma kami kekurangan kelas dan ruangan. Kelas itu ada 1 sampai 6. Ruangan hanya ada 3, jadi kalau itu bagus bisa dimanfaatkan. Tapi karena tidak ada renovasi terpaksa kami gabung kelasnya.”
Haryati juga mengatakan kalau ada angin banyak seng-seng bangunan hancur berterbangan.
“Hancur inilah, karena banjir rob ini. Apalagi nanti kalau angin itu kencang habis seng-seng itu berterbangan. Itu karena angin makanya hancur gitu," terang Hayati.
Tiap kali rob datang, orangtua murid banyak memilih anak libur sekolah. Jalan, gedung dan fasilitas desa lainnya turut jadi korban. Kegiatan cari nafkah banyak terhambat.
Load more