Mamuju, tvOnenews.com - Tuntut ganti rugi lahan proyek Bendungan Budong-budong, seorang warga asal Desa Salulebbo, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, terlantar di Kantor Satker Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BWSS3) di Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), Kamis (19/1/2023).
"Orang bernama Sabri mengundang saya untuk bertemu membahas soal ganti rugi lahan milik saya yang mau dibebaskan oleh BWSS3 yang nilainya terlalu rendah," kata Ramli pada sejumlah wartawan yang menemui korban terlantar di kantor Satker.
Ramli (48), warga terlantar yang ditemui wartawan di Kantor Satker BSS3 di Jalan Martadinata, mengatakan dia ke kantor Satker ini atas undangan pihak PPK Tanah, BWSS III, Sabri.
Ramli menambahkan, lahannya yang mau diganti rugi untuk proyek pembangunan bendungan tersebut seluas 2,5 hektare. Harga yang mau dibayarkannya hanya sekitar 57 juta.
"Lahan yang mau diganti rugi tersebut sudah berbuah sawitnya. Harga pasaran bisa mencapai 200 juta per hektare," jelas Ramli pada wartawan.
Untuk tanaman yang ada di dalam lahan yang mau dibebaskan tersebut berupa 250 batang pohon sawit, 50 batang pohon kakao, 40 batang pohon kelapa, dengan 50 batang pohon pisang.
Harga lahan yang ditawarkan oleh pihak PPK Tanah BWSS III sangat rendah. Lahan kebun yang mau dibebaskan tersebut merupakan tempat pencaharian satu-satunya milik korban, sehingga korban nekat bertemu dengan pihak PPK Tanah BWSS III.
"Saya nekat ke Mamuju untuk bertemu dengan Pak Sabri supaya dia tau kalau saya sangat serius mendesak untuk menaikkan harga ganti rugi lahan untuk proyek bendungan tersebut," tutur Ramli.
Ironisnya di Mamuju korban tidak bisa bertemu dengan Sabri karena beralasan lagi di luar daerah. Korban yang sudah datang dari jauh kebingungan.
Untung saat korban sedang kebingungan mau ke mana, korban bertemu salah seorang wartawan media lokal. Korban yang sedang menangis meratapi nasibnya yang ditipu pihak PPK Tanah BWSS III diajak wartawan lokal tersebut beristirahat di rumahnya.
Hingga saat ini korban masih beristirahat di rumah wartawan lokal tersebut sambil menunggu angkutan umum yang mau mengantarnya pulang ke desanya. (gki/ask)
Load more