Wali Kota Bitung Maurits Mantiri juga mengakui banyak dari masyarakat Indonesia yang ia jumpai mengira Bitung adalah Bangka Belitung.
“Meski namanya mirip dengan Bangka Belitung, Kota Bitung berada jauh dari Pulau Jawa apalagi Sumatera. Bitung terletak di ujung Pulau Sulawesi. Meski pun jauh di ujung sana, kami Kota Bitung optimis bisa mendunia,” katanya kepada tvOnenews.com, Kamis (12/1/2023) di Jakarta.
Nama Bitung sendiri dicantumkan kepada Kota Bitung sejak wilayah berpantai itu ditumbuhi pohon bitung yang menjadi tempat berteduh dan bersinggah para nelayan sekitar akhir abad ke-18 atau awal abad 19.
Letaknya yang berada di bibir laut Sulawesi dan laut Pasifik Utara membuat Bitung menjadi daerah penyumbang ikan terbesar di Indonesia.
Sebanyak 14 pabrik besar pengolah ikan di Indonesia, tujuh di antaranya berada di Bitung. Mayoritas produknya menggunakan ikan cakalang dan tuna.
“Kalau dipersentase, sekitar 80 persen mengolah ikan cakalang dan 20 persen ikan tuna,” ujar Maurits.
Konsumsi ikan masyarakat setempat juga sangat tinggi mencapai 1400 ton per hari.
"Kami makan ikan cakalang aja sampai 1400 ton per hari. Belum lagi dari pabrik-pabrik itu, bisa menyentuh 70 ton sehari mengolah ikan cakalang dan ikan tuna," jelasnya.
Dengan begitu, Bitung bisa saja dijuluki Jepang-nya Indonesia.
Tak Ingin Hanya Berjaya di Lautan
Maurits amat bersyukur dengan potensi alam di wilayah yang dikelolanya. Namun demikian politisi PDI Perjuangan itu tak ingin puas di sektor perikanan.
Dia ingin Sumber Daya Manusia (SDM) Bitung juga unggul, sebagaimana cita-cita Presiden Joko Widodo pada periode keduanya.
Maka dari itu dalam visinya, wali kota yang menjabat sejak 2021 itu mencanangkan Bitung sebagai kota digital. Upaya digitalisasi Bitung dimulai dengan mengintegrasikan institusi pendidikan dan pelayanan masyarakat dengan teknologi.
“Kami perkenalkan ‘Bitung Kota Digital’, dimulai dengan mempermudah dan memperbaiki kualitas internet di Bitung. Kami buat 1000 titik WiFi baru,” ujarnya.
“Jika tingkat keterbukaan dan pengetahuan masyarakat Bitung sudah bagus maka yang lain akan ikut,” imbuhnya.
Digitalisasi menurutnya adalah sebuah ekosistem untuk mendukung pengembangan pendidikan, ekonomi, sosial, hingga kesejahteraan masyarakat.
“Digitalisasi juga menjawab ketidakpastian pelayanan masyarakat, ketidakadilan, hingga diskriminasi. Maka dari itu sistim pemerintahan harus berbasis elektronik (SPBE) atau e-Gov,” jelasnya.
Terbaru, Google Indonesia bahkan tertarik dengan visi Kota Bitung. Pada Rabu (11/1/2023) Google Indonesia bersama Kemendikbud Ristek menyatakan siap membantu program Wali Kota Maurits di bidang pendidikan (Google For Education).
“Kerjasamanya lewat Program Merdeka Mengajar (PMM) menggunakan Google Workshop Education yang tidak hanya bermanfaat untuk murid saja, tetapi juga bagi tenaga pendidik,” katanya.
Ada banyak video pembelajaran yang dapat diakses para tenaga pendidik sehingga mampu menciptakan inovasi cara mengajar yang lebih interaktif dan tidak membosankan bagi siswa.
Lewat kerjasama ini proses pembelajaran juga dapat dilakukan di luar kelas, kapan pun dan dimana pun tanpa terbatas ruang dan waktu.
Proses belajar juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa sehingga mereka yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang berbeda dapat tetap terakomodir.
Lebih dari itu, Google juga siap mensertifikasi pendidik di Kota Bitung dengan standar secara internasional. “Guru-guru harus punya kapasitas,” katanya.
Maurits juga berkomitmen untuk menyediakan beasiswa bagi putra-putri Bitung untuk belajar lebih lanjut di bidang teknologi informasi. “Kalau perlu belajar digitalisasi sampai ke Amerika, kita kirim,” pungkasnya.
Load more