Diduga Sengaja Tabrakan Dirinya, Pejalan Kaki Di Takalar Sebabkan Kecelakaan Maut
- Idris Tajannang
Jumaldi meninggal dunia setelah ditabrak oleh seorang pejalan kaki saat ia tengah membonceng neneknya di Jalan Poros Trans Sulawesi, tepatnya di Jalan Ranggong Dg Romo, Kecamatan Pattalassang.
Peristiwa itu terjadi begitu cepat, menyisakan luka dan tanda tanya yang mendalam bagi keluarga.
Bagi keluarga dan teman-temannya, Jumaldi bukanlah sekadar remaja biasa. Ia adalah sosok yang dewasa sebelum waktunya.
Di usia yang masih belia, Jumaldi memikul tanggung jawab besar sebagai tulang punggung keluarga.
Sejak kedua orang tuanya bercerai dan meninggalkannya bersama dua adik kandungnya, Jumaldi tinggal dan dibesarkan oleh sang nenek yang kini telah berusia 73 tahun.
“Jumaldi itu anak pertama dari tiga bersaudara. Meskipun masih sekolah, dia tidak pernah tinggal diam. Pulang sekolah, dia langsung kerja. Kadang ngojek, kadang cari ikan untuk dijual. Semua dia lakukan demi adik-adiknya dan neneknya,” cerita Darmawati Daeng Ngasseng, tante Jumaldi, sambil mengusap air mata, Selasa (15/4/2025)
Menurut Darmawati, sejak kecil Jumaldi dan adik-adiknya memang hidup dalam keterbatasan.
Rumah mereka sudah tak layak huni, sehingga sang nenek memutuskan untuk membawa mereka tinggal bersamanya.
“Sejak SD dia sudah tinggal sama neneknya. Ibunya kerja di Malaysia sebagai TKI dan sudah menikah lagi di sana. Ayahnya juga sudah beristri dan tinggal di Morowali. Jadi bisa dibilang, cuma neneknya yang selama ini merawat mereka,” jelas Darmawati.
Meski hidup dalam kondisi sulit, Jumaldi tidak pernah mengeluh. Ia dikenal ceria, ringan tangan, dan penuh semangat.
Jumaldi tak malu bekerja apapun selama bisa membantu keluarga. Teman-temannya mengenalnya sebagai pribadi yang hangat dan suka membantu.
Dalam diamnya, Jumaldi memikul beban yang seharusnya belum menjadi tanggung jawabnya.
“Dia anak yang baik. Selalu bantu om dan tantenya juga. Kadang kalau kami butuh tolong antar barang atau bantu bersih-bersih, dia langsung gerak. Tidak pernah mengeluh. Semua dilakukan dengan senyum,” kata Darmawati.
Namun, senyum itu kini telah tiada. Kematian Jumaldi meninggalkan luka yang dalam, terutama bagi nenek dan kedua adiknya.
Load more