Nunukan, Kaltara - Satgas Marinir Ambalat telah menyerahkan ketiga warganegara asing kepada Imigrasi Nunukan.
Ketiganya merupakan LS (40), BJ (45) yakni WN asal Malaysia kemudian HK (40) WN asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Hasil pemeriksaan yang dilakukan Imigrasi Nunukan berdasarkan penyampaian Kantor Imigrasi Kelas II Nunukan, Washington Saut Dompak bahwa 3 orang WNA tersebut ditemani YY (40) WNI asal Kota Tarakan ketahuan mengambil gambar objek vital militer di perbatasan. Diantaranya, lokasi patok perbatasan, pos keamanan TNI dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sebatik.
Sebelum diamankan, 3 WNA ini masuk ke Nunukan melalui jalur resmi dan mendapatkan stempel masuk dari Imigrasi Nunukan, pada Rabu (20/7/2022).
Selanjutnya, WNA yang didampingi YY melintas di pos penjagaan Satgas Marinir Ambalat XXVIII TNI AL. Pemeriksaan dilakukan dan ditemukan sejumlah foto-foto di handphone WNA yang menunjukkan lokasi-lokasi objek vital militer yang diambil terkesan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
"Hasil pemeriksaan awal, ketiga WNA ini mengaku akan melakukan survei rencana pembangunan jembatan yang akan menghubungkan Tawau, Malaysia dan Pulau Sebatik, Malaysia. Dan juga berencana membangun jembatan ke Sebatik Indonesia," ujar Washington Saut Dompak.
Pengakuan WNA asal Sabah, Malaysia bekerja sebagai karyawan perusahaan konstruksi BUMN di RRT yang memiliki cabang di Sabah. Kemudian, HK WN asal RRT merupakan direktur di perusahaan milik negara RRT tersebut.
"Dari pengakuan mereka belum kita temukan ini adalah kontrak kerja mereka. Keterangan mereka kami menemukan kejanggalan," jelasnya.
Washington menegaskan saat ini 3 WNA ditemukan dugaan pelanggaran keimigrasian. Sebab, 3 WNA ini telah melanggar terkait kegiatan dan izin tinggal yang digunakan. Sesuai pasal 75 ayat (1) dimana setiap orang asing yang diduga tidak mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
"2 WNA asal Malaysia ini kita kenakan izin tinggal bebas visa sementara untuk WN RRT izin tinggal yang diberikan itu visa kunjungan khusus wisata. Sementara dari kegiatannya, itu kita duga tidak sesuai. Sementara, 3 WNA di tahan di ruang detensi Kantor Imigrasi selama 30 hari untuk menjalani pemeriksaan dan pendalaman dengan berkoordinasi bersama unsur inteligen dari TNI, Polri dan Kejaksaan,"tuturnya
Meski demikian penahanan WNA di ruang detensi Kantor Imigrasi mendapat pelayanan berbeda dari petugas imigrasi di banding tahanan lain.
Bahkan terkesan wartawan dihalangi ketika akan mengambil vidio di lokasi penahanan.(azg/ppk)
Load more