Program MF, lanjut Hari, juga diarahkan pada usaha penyelesaian masalah sampah sekaligus alternatif materi edukasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Zero Waste Management). Untuk edu-tourism, implementasi dari program ini adalah mengembangkan area taman untuk informasi kekayaan botani (Nusantara Botanical Garden), memberikan workshop tentang pengelolaan tempat wisata, serta mendesain area sekaligus permainan bagi anak-anak (Pojok Doelanan).
Kepala Desa Ketapanrame, Zainul Arifin, menyampaikan apresiasinya terhadap seluruh pihak termasuk Ubaya yang telah berkolaborasi mengembangkan Desa Ketapanrame.
“Dengan adanya pengembangan ini, kami mau pengunjung tidak hanya menikmati alam saja, tetapi juga mendapat edukasi. Mudah-mudahan ini menjadi suatu hal baik demi kemajuan desa dalam hal potensi desa wisata,” ungkapnya.
Melalui pengembangan wisata edukasi ini, Hari juga berharap mampu mendukung peran pemerintah dalam meningkatkan literasi bagi masyarakat berbasis teknologi informasi (augmented reality).
“Semoga pengembangan desa wisata ini dapat menjadi alternatif sumber pemasukan wisata buat Desa Ketapanrame,” ujarnya.
Selain itu, kegiatan ini juga memberikan kesempatan bagi dosen dan mahasiswa untuk berperan aktif melalui kepakaran dan pengalaman pendidikan dalam mengembangkan potensi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (msi/hen)
Load more