Lumajang, Jawa Timur - Kenaikan harga kedelai sejak beberapa bulan terakhir menjadi masalah bagi perajin tempe di Kabupaten Lumajang. Pasalnya, kenaikan harga kedelai terbilang cukup cepat dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Mulai dari harga Rp8000 per kilogram hingga kini sudah tembus Rp12600.
Yayuk, salah satu perajin tempe di Desa Kunir Kidul, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang mengatakan, naiknya harga kedelai membuatnya mengurangi jumlah produksi tempe dalam sehari.
Biasanya, saat harga tempe berkisar antara Rp8000 - Rp9000, produksi tempenya bisa menghabiskan 4,1 kwintal. Namun, gara-gara lonjakan drastis ini, ia hanya mampu memproduksi 3,5 kwintal setiap hari.
Menurut Yayuk, kenaikan harga kedelai sebelum ini tidak pernah langsung tinggi. Biasanya hanya berkisar antara Rp100 - Rp300 saja.
"Ini naiknya langsung tinggi, tiga minggu lalu itu masih Rp12000, sekarang sudah Rp12600, akhirnya produksi kita turunkan hanya bisa 3,5 saja," kata Yayuk, Jumat (30/9).
Yayuk menambahkan, ia tidak berani menaikkan harga tempe buatannya karena takut kehilangan pelanggan. Menurutnya, dengan mengurangi ukuran tempenya saja, banyak pelanggan yang protes kepada Yayuk.
"Kita cuma kurangi ukurannya jadi lebih tipis, biasanya 5cm, sekarang 4cm, gitu aja banyak yang protes awalnya, makanya kita tidak berani menaikkan harga," tambahnya.
Senada dengan Yayuk, Ridho perajin tempe lain di desa itu juga mengeluhkan kenaikan harga kedelai setelah naiknya bahan bakar minyak.
Menurut Ridho, jika semua bahan mengalami kenaikan, pengusaha seperti dirinya terancam gulung tikar. Bahkan menurutnya, beberapa perajin ada yang mencampur kedelai dengan buah pepaya untuk menghemat biaya produksi tempe.
"Ada yang bikin tempe itu dicampur pepaya supaya lebih hemat, ya memang rasanya beda, tapi kalau gak gitu banyak yang gak bisa produksi karena semua bahan naik," pungkasnya. (wso/hen)
Load more