Mojokerto, Jawa Timur - Situs Watesumpak yang ditemukan warga sekitar 14 tahun yang lalu akhirnya diekskavasi tim arkeolog dari Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Menginjak hari ke empat, ekskavasi tahap 1 situs yang ada di Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Mojokerto ini menuai hasil.
"Ditemukan warga sekitar tahun 2008-2009. Baru kali ini kita coba untuk mengupas seperti apa potensi arkeologis yang ada di situs Watesumpak ini. Kami upayakan bagaimana potensi-potensi yang belum sempat kita kerjakan untuk upaya pelestarian. Karena wilayah ini berkaitan dengan kawasan cagar budaya tingkat nasional," kata Koordinator Tim Ekskavasi Situs Watesumpak Vidi Susanto, Selasa, (20/9).
Ekskavasi tahap 1 situs Watesumpak ini tim arkeolog BPCB Jawa Timur memfokuskan di area gundukan tanah seluas 20x20 meter persegi. Pengalian situs Watesumpak digelar selama 10 hari kerja, yaitu tanggal 17 hingga 26 September 2022.
"Sekitar 20x20 meter persegi ini dari gumukan saja. Kita lihat potensinya dulu karena yang kita fokuskan saat ini berkaitan dengan adanya temuan pada tahun 2008 yang selama ini kita duga itu adalah candi," ujar Vidi.
Hari ke empat ekskavasi tahap 1 ini tim arkeolog menemukan artefak berupa genting, ukel dan bumbungan atap. Selain itu juga menampakkan struktur memanjang dari barat ke timur. Baik di sisi utara maupun di sisi barat situs Watesumpak.
"Strukturnya ini memanjang dari timur ke barat. Kalau sisi selatan panjangnya 10 meter. Stuktur sisi utara belum bisa kita hitung, tapi yang utara kita temukan pilar," tegasnya.
Menurut Vidi, teknik penyusunan bata merah pada bangunan situs Watesumpak ini berbeda dengan struktur umpak di sisi barat. Jika struktur umpak menggunakan teknik gosok, struktur seperti dinding ini menggunakan teknik spasi.
"Dari struktur juga kita lihat ada pola struktur yang berbeda, artinya dari sistem pengerjaan itu ada yang sistem kosot (gosok) lalu ada sitem yang dia menggunakan spasi. Itu yang kita temukan di ekskavasi kali ini," ucapnya.
Hipotesis situs Watesumpak ini menurut Vidi, merupakan bangunan profan yang mengarah ke bekas permukiman. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya temuan pecahan genting, bubungan atau puncak atap bangunan, dan ukel atau hiasan atap bangunan.
"Dugaan awal candi, tetapi dengan kita lakukan ekskavasi kali ini kita belum berani mengatakan bahwa ini bangunan suci. Karena temuan-temuan yang mengarah ke bangunan suci belum bisa kita dapatkan. Hanya saja temuan serta yang cukup beragam disini lebih cenderung ke bangunan yang sifatnya plafon karena kita menemukan genting yang cukup banyak kuantitasnya. Selain itu kita juga menemukan bubungan atap, kemudian ukel yang biasanya digunakan disudutan atap tumpang," tandasnya. (ikn/hen)
Load more