Meriahkan HUT RI ke 77, Kumpulan Profesor D'Professor di Surabaya Hibur Warga dengan Lagu-lagu Kemerdekaan
- Tim tvone - habib
Surabaya, Jawa Timur - Momentum peringatan HUT RI ke 77 menjadi spesial bagi para Guru Besar yang memiliki gelar Professor untuk berkumpul bersama dan menjalin kebersamaan di masa senja.
Salah satunya dengan membentuk grup band yang spesial karena hampir seluruh personelnya berusia di atas 60 tahun.
Mulanya grup band ini lahir di Universitas Airlangga (Unair) sebagai grup band D’Professor yang beranggotakan para guru besar atau profesor.
Para anggotanya terdiri dari Prof Puruhito mantan Guru Besar Unair tahun 2000 – 2006, Prof Widodo Ario Kentjono (gitaris), Prof Muhammad Rubianto (gitaris), Prof Theresia Indah Budhy Sulisetyawati (vokalis), dan Prof Sjamsu Budiono (vokalis).
Kemudian ada Prof Istiati (vokalis), Prof Hendy Hendarto (basis), Prof Jusak Nugraha (keyboardis), Laksamana TNI (Purn) Imam Soewono (drumer), dan Prof Galih Sampoerno (drumer).
Bertempat di Marvel City, Minggu (21/08) para awak D’Professor dengan rancak membawakan lagu-lagu Kemerdekaan dan lagu Oldiest tahun 60an hingga 70an, diantaranya lagu 17 Agustus 1945 , Indonesia Tanah Air Beta , hingga lagu Countri De Bajo dan lagu belanda yang tenar di tanah air seperti , Daar Bij De Molen dan Geef Mij Marr Nasi Goreng.
Profesor Puruhito mantan Guru Besar Unair tahun 2000 – 2006 menjelaskan jika grup band D'Profesor adalah wadah silaturahmi bagi para Guru Besar bergelar profesor untuk bisa kumpul bareng dan tetap berkarya.
“Kami dulu sudah terbiasa mendengarkan musik yang dibawakan orang lain, kami berkumpul karena kami sama sama suka musik, atas dasar itu kami mendirikan D'Profesor untuk menghibur masyarakat melalui hobi kita dalam bermusik," tutur Prof Puruhito.
Meski baru seumur jagung karena didirikan di bulan Februari lalu Band D'Profesor sudah melahirkan album berjudul “Pamer Putu“. Judul lagu Pamer Putu diciptakan oleh Prof Muhammad Rubianto yang memiliki kesan tersendiri terhadap kesibukannya di massa pensiunnya bersama cucunya di rumah.
"Jadi karena kami semua ini sudah lanjut usia (lansia) dan masing-masing memiliki cucu, maka dibuatlah lagu ini. Kami ini yang dipamerkan bukan lagi istri atau suami, melainkan pamer putu (cucu)," kata Prof Widodo Ario Kentjono, Minggu (21/08).
Load more