"Karena alumni perbankan vokasi akan bekerja di garda terdepan pelayanan sejumlah bank mitra vokasi, sehingga standar pegawai frontliner menjadi kriteria persyaratan," kata San.
Hal inilah yang membedakan pendidikan vokasi dengan program akademik lainnya. Pendidikan vokasi dituntut untuk menghasilkan mahasiswa siap untuk bekerja. Oleh karena itu, jika tidak terserap dengan dunia industri dan dunia usaha, maka tidak sejalan dengan tujuan dari pendidikan vokasi.
Tidak hanya sebagai tim seleksi, para praktisi tersebut juga ikut menjadi dosen luar biasa di vokasi. Menyusun kurikulum bersama, dan membantu penempatan mahasiswa untuk magang di perbankan pada industri.
"Jadi harapannya ketika mereka dilibatkan secara aktif dalam proses pendidikan di vokasi maka prosentase tingkat keterserapan lulusan prodi keuangan dan perbankan akan semakin tinggi," katanya.
San bahkan mengungkapkan, ketika mahasiswa vokasi magang di bank tertentu yang menjadi mitra vokasi, beberapa mhasiswa mendapatkan uang saku di atas nilai UMR. Ada beberapa mahasiswa menerima kurang lebih uang saku sebesar Rp4.2 juta sampai Rp4.5 juta.
Melihat dari jumlah mahasiswa yang ada, minat perbankan pada fakultas vokasi menjadi salah satu prodi yang paling diminati. Satu angkatan mahasiswanya kurang lebih terdapat 500an mahasiwa.
"Ke depan, kami akan mengkaji untuk dapat ditingkatkan jenjang akademiknya dari D3 menjadi Sarjana Terapan (D4). Hal ini juga untuk merespon kebutuhan sarjana terapan (D4) sebagai persyaratan untuk dapat menjadi pegawai tetap pada suatu bank, yang menjadi mitra vokasi sekaligus untuk memenuhi link dan match Pendidikan Vokasi UB dengan dunia usaha dan industri," katanya. (eco/hen)
Load more