Lumajang, Jawa Timur - Ratusan siswa SMK Wira Yudha Sakti Nusantara (WYSN) Lumajang, batal mengikuti ujian, lantaran pemilik tanah tempat berdirinya sekolah melakukan blokade untuk menghalangi siswa masuk sekolah, Jumat (27/5).
Ratusan siswa pun harus menunggu di depan gerbang sekolah, di Jalan Veteran, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang.
Terdapat tumpukan pasir dan batu yang menghalangi gerbang sekolah. Gerbang sekolah juga digembok oleh pemilik tanah. Saat para siswa hendak membersihkan tumpukan pasir, pihak pemilik tanah langsung menghalangi. Adu mulut antara siswa dan pemilik tanah pun tak terhindarkan.
Abel, salah satu siswa kelas 2 SMK WYSN mengatakan, bahwa ia dan teman-temannya melakukan protes karena harus menjalani ujian akhir.
"Ini lo kita mau ujian, ujiannya pakai barcode harus masuk disana, nanti kalau kami gak lulus bagaimana," kata Abel di depan sekolah, Jumat (27/5).
Para siswa akhirnya diizinkan masuk ke sekolah sekitar pukul 10.00 WIB, setelah jajaran Polres Lumajang mendatangi lokasi dan melakukan mediasi dengan kedua pihak.
Informasi yang berhasil dihimpun, SMK WYSN sebelumnya menyewa lahan kepada Teguh Budi Darmainan selama 20 tahun. Namun pada tahun 2019, pihak sekolah digugat oleh pemilik tanah karena dianggap melanggar perjanjian sewa kontrak.
Proses peradilan perdata di Pengadilan Negeri Lumajang pun digelar. Hasilnya pihak sekolah dinyatakan kalah. Pihak sekolah juga sempat melakukan banding ke Mahkamah Agung (MA), namun hasilnya tetap tidak berpihak kepada sekolah.
Akhirnya, pihak sekolah harus rela mengembalikan lahan yang disewanya beserta bangunan yang berdiri disana.
Kepala SMK WYSN Lumajang, Sri Diana mengatakan dilakukannya blokade oleh pemilik lahan membuat 250 dari 300 siswanya gagal mengikuti ujian. Sebab, ujian sekolah menggunakan sistem online yang sudah diatur jamnya, sehingga ketika siswa tidak login di waktu yang ditentukan maka, ujiannya dinyatakan batal.
"Siswa tidak bisa ujian, karena ini online pakai barcode, jadi ada dua mata pelajaran tadi yang tidak bisa diikuti siswa gara-gara ini," kata Diana.
Diana juga menegaskan keterlibatan siswanya dalam ketegangan yang terjadi pagi tadi bukan atas arahan sekolah. Menurutnya, pihak sekolah telah profesional dan tidak ingin melibatkan siswanya dalam konflik sekolah.
"Kita tidak melibatkan siswa, tapi karena memang jadwalnya siswa ujian jadi tadi pagi mereka disana, kita profesional," tegasnya.
Lebih lanjut, Diana berharap agar pemilik lahan mematuhi perjanjian yang telah disepakati.
Sebelumnya kedua belah pihak sepakat untuk memberikan relaksasi proses pengosongan gedung sampai tanggal 27 Juni 2022.
"Harapannya ikuti saja prosedurnya, supaya siswa ini tidak terganggu, mereka kesini hanya ingin belajar," pungkasnya. (wso/hen)
Load more