Pacitan, Jawa Timur - Sedekah tidak akan membuatnya miskin. Inilah kisah kehidupan dalam keadaan kondisi serba kekurangan, tidak menjadikan keluarga miskin di Pacitan, harus kehilangan kepedulian terhadap sesama.
Bersama tiga anaknya, Suliyah (40) tinggal di gubuk anyaman bamboo, yang berdiri di atas tanah perbukitan wilayah RT 03 RW 06 Lingkungan Ngumbul, Desa Mangunharjo, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan. Meski hidup dalam keterbatasan materi, Suliyah diketahui senang berbagi terhadap sesama.
Selain hidup tak mampu, Ryan Ardiansyah (19) anak pertamanya memiliki kekurangan kondisi fisik. Sejak lahir Ryan tak menunjukkan keanehan, hanya saja menginjak usia 1 tahun, Ryan berperilaku tidak seperti balita pada umumnya. Di usia itu, Ryan sudah bisa berdiri dan berjalan tanpa bantuan siapapun. Setelah menginjak di atas 5 tahun, wajah dan berperilakunya mirip cenderung seperti kera. Terlihat dari mulai cara berjalan tangan dan kaki membengkok. Sesekali berlari dengan kedua tangan dan kaki menyentuh tanah. Sampai usia sekarang yang sudah menginjak 19 tahun ini. Ia belum bisa bicara. Namun 2 anak Suliyah lainnya terbilang normal dan beraktifitas seperti manusia biasa.
Suliyah menjelaskan, kondisi serba kekurangan itu tak membuatnya putus asa. Salah satu cara bersyukur dengan membagikan hartanya untuk warga lain yang juga kurang beruntung, seperti dirinya. Berbagi ini sudah ia lakoni selama bertahun tahun. Bagi Suliyah, materi tidak berarti apapun jika tidak disedekahkan.
"Hidup keluarga saya seperti ini, rumah gubuk berdinding anyaman bambu dengan campuran plastik. Lantai juga masih tanah liat. Sedangkan anak saya cacat dan menderita epilepsi. Saya hanya bisa pasrah, berbuat baik terhadap orang lain dengan membagikan bingkisan sembako berisi beras, minyak atau nasi tiwul olahan saya sendiri. Walaupun makanan sehari-hari keluarga ini hanya mengandalkan nasi tiwul dari ketela," terangnya.
Nindi Sri rahayu menyebutkan, selain membagikan sembako buat warga kurang mampu di desanya, Suliyah juga diketahui menyumbangan tenaganya dengan mencarikan air untuk berwudlu warga yang akan menjalankan ibadah sholat. Suliyah menyusuri jalan setapak perbukitan terjal sambl menggendong jirigen. Air wudlu itu Suliyah ambil dari sumber tengah hutan dengan jarak kurang lebih 1 kilometer dari tempat tinggalnya.
"Padahal kondisi keluarganya tergolong hidup miskin. Mau makan keluarga sendiri saja sulit, hidupnya saja susah dan memliki anak cacat. Rumahnya gubuk, tapi memang orangnya senang bersedekah. Membagikan hartanya, seperti sembako bahkan jajanan kue kering untuk lebaran nanti dan jenis makanan lain hingga nasi tiwul buatanya sendiri," jelasnya.
Load more