Petani Jeruk di Banyuwangi Merugi karena Perkebunan Diserang Hama
- tvone - happy oktavia
Banyuwangi, tvOnenews.com – Ratusan pohon jeruk milik warga di Desa Sagat, Kecamatan Cluring, diserang hama. Akibatnya, ribuan buah jeruk hijau yang mulai membesar banyak berjatuhan.
Salah satu warga yang terdampak adalah Rozak (30). Ratusan pohon jeruk yang ada di kebunnya diserang virus yang membawa jamur. Hal itu menyebabkan warna jeruk menguning karena hama.
”Sudah gak ada harapan ini, hampir 90 persen kena virus. Kalau sudah begitu buahnya gak bisa matang,” ungkap Rozak sembari mengecek pohon-pohon jeruk miliknya, Minggu (27/04).
Selain Rozak, ada sekitar 50 petani jeruk yang tanamannya mengalami hal serupa. Ribuan pohon jeruk diserang jamur hingga membusuk dan akhirnya mati. Menurut Rozak, batang pohon jeruk membusuk dan buahnya rontok karena serangan virus yang mengandung bakteri dan jamur.
Rozak menyampaikan kerugian yang ditanggungnya mencapai Rp50 juta lantaran buah jeruk miliknya tidak bisa dipanen tua. Harga yang didapat tidak sepadan dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan.
”Belum matang itu sudah rontok, dipanen muda ya buat minuman saja. Harganya sekitar Rp3.500 - Rp4.000 itu kalau jual BL. Padahal musim ini harga jeruk tergolong bagus, Rp8.000 per kilogram. Pohon jeruk punya saya saja baru berbuah dua kali. Seharusnya bisa panen 4 kali dalam semusim,” kata Rozak.
Serangan hama tersebut membuat pohon jeruk petani yang harusnya produktif
sampai umur 15 tahun bahkan lebih, kini umurnya baru dua tahun terpaksa ditebang.
Penularan virusnya tergolong cepat, dalam hitungan hari satu lahan seluas seperempat hektar milik Rozak langsung terinfeksi. Dan terus menyebar ke lahan-lahan jeruk lainnya.
Akibat kondisi ini, suplai jeruk dari kabupaten Banyuwangi ke Jakarta, Surabaya dan Bali terancam turun. Padahal Banyuwangi dikenal sebagai produsen buah jeruk yang cukup besar setelah Jember.
”Semua mengeluhkan kondisi ini. Belum ada arahan atau petunjuk dari penyuluh pertanian. Kami sudah berupaya berbagai cara mulai menggunakan obat-obatan sampai konvensional tapi kondisinya tetap sama,” pungkas Rozak. (hoa/ias)
Load more