Batu, Jawa Timur - Tingginya harga kedelai sejak akhir bulan Desember 2021 hingga saat ini, tak mempengaruhi pengusaha tempe di Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, untuk tetap melakukan produksi.
Siti Komaria, salah satu perajin tempe asal Beji mengatakan, meskipun hasil pas-pasan dan kadang merugi, ia mengaku tetap produksi demi pelanggannya.
"Ya gimana lagi mas, malah nanti jika tidak produksi pelanggan pada lari semua," keluh Siti.
Harga kedelai naik sejak akhir bulan tahun 2021 sampai saat ini tinggi, dan sempat turun di awal tahun 2022, tapi kembali naik.
"Saat ini harga kedelai di pasaran mencapai Rp12.000 per kilogram. Harga tersebut terpantau tinggi, dari sebelumnya hanya Rp7500 per kilogramnya, sehingga ada kenaikan Rp4500," jelas Siti Kamis, (24/2/2022).
Tingginya harga kedelai, membuat pelaku usaha tempe terpaksa mengurangi ukuran. Jika tidak, mereka akan rugi.
Lanjut Siti, jika harga dinaikkan akan memberatkan pembeli. Meski harga tetap dan dengan mengurangi ukuran saja, terkadang tidak laku.
“Karena ukurannya kecil kadang jadi gak laku,” tambah Siti Komaria.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Siti memilih untuk mengurangi produksi tempe per harinya. Jika dalam sehari, Siti memproduksi tempe dengan berat kedelai 35 kilogram, kini dikurangi 5 kilogram menjadi 30 kilogram per harinya.
“Mengantisipasi gak laku jadi dikurangi produksinya. Semua perajin berharap harga kedelai bisa berangsur menurun. Sebab jika terus-terus naik, tentunya akan menyusahkan pelaku usaha tempe rumahan," pungkasnya. (Edy Cahyono/hen)
Load more