Sidoarjo, tvOnenews.com - Tim monitoring cuaca, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) perpanjang masa agenda Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), Senin (30/12).
Pj Gubernur Jawa Timur Adhi Karyono saat ditemui di Juanda mengatakan periode pelaksanaan TMC diperpanjang karena beberapa alasan.
Ia melanjutkan, perpanjangan periode TMC kali ini adalah dengan mengcombine overlay dengan sistem inalis.
“Nanti akan kelihatan sendiri peta potensi banjir dan banjirnya, sehingga kali ini kita akan lebih efektif lebih efisien dalam mengoperasikan modifikasi cuaca dengan cara melihat peta lebih detail, sehingga TMC itu diberikan di letak sudah banjir atau yang berpotensi banjir, jadi selektif, terlebih ini baru permulaan musim hujan," jelasnya.
Ia menegaskan pihaknya akan terus menyambut baik dukungan dari pusat, BMKG dan BNPB.
"Kami dari Provinsi Jawa Timur menyambut baik dukungan dari pusat, BMKG dan BNPB untuk tetap dilanjutkan tetapi selektif sesuai dengan pemetaannya, sehingga korban jiwa, harta benda yang nilainya lebih besar dari TMC operasional berkali lipat bisa berkurang, masyarakat bisa berkegiatan dengan baik," ungkapnya.
Sementara itu Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG Pusat Jakarta, Budi Harsoyo menyampaikan hasil rapat agenda TMC yang diperpanjang.
"Hasil rapat, selama periode 18 Desember sampai saat ini atas permintaan pemerintahan daerah Jawa Timur pada BNPB, kami BMKG melaksanakan operasi modifikasi cuaca yang dapat menyebabkan kejadian banjir, banjir bandang, longsong di wilayah Jawa Timur," terangnya.
Ia menjelaskan, hal ini karena prediksi BMKG selama periode akhir Desember hingga Januari masih cukup tingginya curah hujan.
"Ini karena ada beberapa faktor. Antara lain ada indikasi Lanina dan fenomena regional, juga adanya gelombang atmosfer rosby dan seruak dingin akan aktif di waktu yang bersamaan, sehingga ini akan berkontribusi meningkatkan curah hujan, tidak hanya di Jawa Timur namun juga di seluruh wilayah Indonesia, khususnya Jawa dan Bali," terang Budi.
Adanya hal tersebut, pihaknya dan pemerintah pusat melakukan mitigasi untuk membantu kejadian yang tidak diinginkan agar bencana dapat diminimalisir.
"OMC ini dilakukan sejak tanggal 18 hingga 27 Desember, namun kemudian diperpanjang hingga 10 Januari 2025, Realisisasi tergantung dari BNPB," ujarnya.
Ia menjelaskan secara keseluruhan seluruh Jawa Timur akan diantisipasi dan dimonitor, terutama di wilayah tapal kuda.
"Dari kejadian banjir yang sudah terjadi seperti di Bojonegoro, Jember, Sidoarjo, Surabaya, Trenggalek, Pacitan, khususnya wilayah Jawa Timur bagian selatan memang menjadi prioritas. Namun berdasarkan prediksi terbaru, potensi hujan tingginya sedikit bergeser ke Jawa Timur bagian Timur wilayah tapal kuda jadi itu yang kita monitor dan antisipasi setiap hari," paparnya.
Deputi Bidang Sistim Strategi BNPB Pusat, Raditya Jati mengungkapkan TMC adalah salah satu bentuk investasi untuk mengurangi bencana hidrometeorogi yaitu banjir, banjir bandang dan longsor yang berbasis pada data historis, kejadian sebelum dan wilayah mana saja yang memiliki dampak banjir yang sangat luas.
"Kami BNPT punya peta resiko, peta ancaman berdasarkan data yang sudah kita kumpulkan baik kabupaten dan kota dengan skala 150 ribu," tegasnya.
Ia mengatakan hal ini menunjukkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan wilayah-wilayah yang memiliki potensi terhadap banjir, banjir bandang dan longsir.
"Jadi seandainya ada peta resiko dan dibarengi dengan peta BMKG berbasis pada pertumbuhan awan, potensi intesitas hujan tinggi dengan curah hujan 50 milimeter per hari, maka itu yang akan di modifikasi, artinya mengurangi ekstrem cuaca yang akan terjadi," paparnya.
Lebih lanjut ia memastikan TMC dilakukan dengan tetap memikirkan kaidah-kaidah untuk kebutuhan warga.
"Tentunya TMC dilaksanakan dengan tetap memikirkan kaidah yang ada dalam memprioritas kebutuhan warga misal masalah kebutuhan air untuk pertanian, untuk mengisi waduk-waduk. Sehingga modifikasi cuaca ini adalah untuk menyeimbangkan antara kebutuhan air dan bagaimana meminimalisasi resiko terhadap banjir ataupun ancaman bencana lainnya," pungkasnya. (khu/hen)
Load more