Sitina mengungkapkan, saat korban dilayani oleh bidan berinisial M, sempat mengeluarkan sebuah perkataan, bahwa jika ia akan dirujuk ke rumah sakit Bangkalan, korban tidak hanya dilayani oleh satu orang melainkan lebih dari satu. Bahkan yang melayani orang laki-laki dan kondisi badanya cukup besar-besar.
"Saat keponakan saya ini bilang minta operasi medis ke rumah sakit Bangkalan, bidan berinisial M ini bilang nanti kalau dibawa ke rumah sakit Bangkalan, yang melayani operasi kamu bukan satu orang, pasti lebih dan orangnya laki-laki dan badannya besar-besar. Saya dengar sendiri itu mas bilang begitu ibu bidannya. Keponakan saya takut hingga mengikuti saja," ucapnya.
Dalam proses persalinan berlangsung, sejumlah jari kedua tangan bidan berupaya memegang mulut rahim Mukaromah. Namun tak lama kemudian kepala bayi putus dan berada di rahim ibu.
"Si bidan ini kedua tangan jari-jari ada di kemaluan si korban. Tapi setelah itu, diketahui leher bayi ini putus. Lalu bidan ini memotong ari-ari dengan gunting dan juga yang ada di dalam (rahim ibu )," jelas Sitina.
Ia mengatakan, Mukaromah yang awalnya akan dibawa ke rumah sakit Bangkalan, namun karena korban kondisi darurat akhirnya berubah dibawa ke rumah sakit wilayah Kamal, Bangkalan.
"Kan awal mau dibawa ke rumah sakit Bangkalan, tapi kata ibu bidan, kalau dibawa kesana (RS Bangkalan) akan menunggu lama, sebab disana juga banyak yang menjalani operasi medis. Si bidan kemudian masuk ke ruangan korban dan berupaya untuk mengeluarkan kepala bayi yang ada di rahim ibu biar tidak perlu jauh-jauh (RS Bangkalan). Merasa korban menderita sakit, hingga ia melontarkan kepada ibu bidan agar korban dirujuk, biarkan si bayi meninggal dunia, asalkan ibu bisa diselamatkan. Bidan akhirnya berhenti melakukan proses pengeluaran bayi atau angkat tangan, hingga bidan minta korban segara dikirim," pungkasnya.
Load more