Jelang Pemilu dan Pilpres, Marak Terjadi Silang Kritik Terbuka di Medsos, Ini Penjelasan Pakar
- sandi irwanto
Surabaya, tvOnenews.com - Menjelang pemilu dan pemilihan presiden, suasana akhir-akhir ini diwarnai dengan berbagai isu politik. Tahun 2024 juga disebut sebagai tahun politik, mengingat pekan pemilihan umum atau pemilu dan Piplres semakin dekat.
Keberlangsungan pemerintahan sebelumnya tidak tertinggal menjadi suatu sorotan. Sebagian masyarakat turut merasa puas dengan hasil kerja pemerintahan presiden sebelumnya, yakni Presiden Joko Widodo. Namun, tidak menutup kemungkinan hadirnya kritikan-kritikan dari berbagai pihak. Terutama kalangan anak muda.
Kritikan bukan hal terlarang untuk dilakukan terhadap pemerintah. Namun, belakangan ini banyak muncul kritikan dari kalangan anak muda terpelajar yang mengesampingkan nilai etika. Padahal, sebagai sosok terpelajar, seharusnya dapat menjunjung tinggi nilai etika dalam kehidupan mereka.
Mengenai isu tersebut, Dr Listiyono Santoso, Dosen Filsafat, Fakulats Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) turut memberikan tanggapannya. Menurut Listiyono, anak muda yang melakukan kritik terhadap pemerintahan memiliki keberanian yang luar biasa. Namun kerap mengesampingkan nilai-nilai yang ada, seperti halnya nilai etika.
“Kadang, anak muda itu penuh keberanian, tetapi kurang memperhatikan risiko dan perasaan orang lain,” tutur Listiyono.
Kritik Itu Perlu
Ketika berjalannya suatu pemerintahan, sudah sepatutnya rakyat melakukan pengawasan. Maka, menurut Listiyono, kritik terhadap pemerintah atau kekuasaan merupakan hal yang perlu dilakukan. Karena menurutnya, bagaimana pun pemerintah dan penguasa adalah sesuatu yang harus dikontrol dan diawasi.
“Selain lembaga legislatif mengawasi, masyarakat juga boleh melakukan kontrol atas bagaimana jalannya kekuasaan itu,” ungkapnya.
Namun, satu hal yang perlu diperhatikan. Bahwa kritik harus dilandasi oleh kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, dan kebijaksanaan yang terdapat pada sila keempat Pancasila. Ia menekankan, kritik yang dilakukan merupakan sebagai bentuk kontrol atas kinerja.
“Artinya, kritik itu tidak untuk merendahkan kekuasaan atau seseorang yang sedang berkuasa. Tapi dipakai untuk melakukan kontrol atas kinerja. Bedakan antara kritik dengan menghina,” jelas Listiyono.
Etika publik dalam melakukan kritik merupakan suatu keharusan. Serta, kemampuan membedakan antara kritik dengan menghina juga perlu. Menurut Listiyono, kritik merupakan sebuah keniscayaan, namun menghina bukan bagian dari kritik. Perlu diperhatikan pula, adat serta budaya luhur yang sejak lama ada.
Load more