Berbeda jika lukisan menggunakan media cat watercolour, penggunaan ampas kopi justru membutuhkan waktu yang cukup detail. Sebab, pigmen warna pada ampas kopi tidak segelap bahan cat lain.
“Perlu kesabaran karena butuh waktu lama untuk menambahkan tiap layer dari ampas kopi untuk menghasilkan garis Lukisan dengan subject warna gelap siluete menegaskan objeck tema lukisan seperti lukisan pada umumnya,” tambahnya.
Dalam pembuatan ini, Putu menjelaskan jika langkah pertama yang dilakukan adalah membuat sketsa. Kemudian ditumpuk dan diwarna dengan ampas kopi yang terendam air panas. Tahapan perendaman ini, kata Putu, yang menentukan warna atau pignen ampas kopi keluar. Nah, jika air mulai dingin ia akan menuangkan kembali air panas. Dengan begitu, pigmen warna ampas kopi terbuka.
“Kalau buat satu karya, butuh waktu 2 sampai 4 jam tergantung kondisi kerumitan objek. Karena hasil lukis ampas kopi air dingin dan air panas akan berubah. Kegunaan air panas sangat menguntungkan menghasilkan pigmen warna yang kuat,” tambah dia.
Usai diwarna dengan ampas kopi, gambar lukis kemudian di semprot dengan clear atau pernis untuk membuat warna kopi awet dan tajam, sehingga lebih hidup dan menarik.
“Di UC kita juga mengkampanyekan SGDs (Suistanable Development Goals). Penggunaan ampas kopi juga sekaligus untuk mengkampanyekan peduli lingkungan dan ini bisa jadi bentuk awal cinta kepada Pahlawan dengan memanfaatkan limbah jadi karya futuristik,” pungkasnya.
Salah satu mahasiswa yang teribat menggambar Sherin Luvita mengaku, tertarik melukis dengan memanfaatkan ampas kopi. Meski mengalami tantangan dan kesulitan, namun pengalaman ini cukup berkesan bagi dia.
Load more