Lumajang, tvOnenews.com – Musim kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan yang masih melanda mayoritas wilayah di Lumajang, berimbas pula pada sektor pertanian. Pemilihan jenis varietas tanam jadi penentu dalam meminimalisir dampak kerugian. Ubi jalar madu jadi salah satu pilihan dalam menyiasati permasalahan itu.
Meski terdapat pengurangan jumlah permintaan yang bisa dipenuhi tahun ini, potensinya tentu terbilang sangat besar. Hal tersebut dirasakan oleh Hariyanto selaku petani ubi jalar madu, asal Desa Pasrujambe, yang pada Jum’at (3/11) sedang melakukan panen ubi jalar madu.
"Kalau tahun lalu, dalam satu bulannya penjualan yang bisa mencapai 150 ton, tapi untuk sekarang hanya 80 ton saja atau hampr 60 persen yang mampu dipenuhi," kata Hariyanto kepada tvOnenews.com, Jum’at (3/11).
Hariyanto menuturkan, jika peminat ubi jalar madu lereng Gunung Semeru, sangat cukup banyak, sehingga membuat skala pemasaran mampu menjangkau keluar Jatim bahkan mancanegara.
"Jadi, selain Jatim, permintaan juga cukup besar hingga daerah Bandung dan Cirebon, bahkan kita juga membantu perusahaan tertentu untuk memenuhi permintaan ekspor ke Malasyia, Jepang dan Korea," tambahnya.
Namun, keterbatasan lahan menjadi sebab berkurangnya jumlah permintaan yang mampu dipenuhi. Selain itu, berkurangnya jumlah petani yang menanam ubi jalar madu di wilayah tersebut menjadi alasan lain.
Maih kata Hariyanto, pada musim tanam tahun sebelumnya bisa dikatakan banyak petani yang mengalami gagal panen. Curah hujan yang tinggi selama masa tanam berlangsung, mengakibatkan banyak tanaman ubi jalar madu layu, busuk batang. Di samping itu, ph tanah dan unsur hara juga trurun, sehingga hasil panen juga turun yakni 15 ton/hektare.
"Petani banyak yang trauma mengalami kegagalan panen tahun lalu akibat intensitas hujan tinggi, per hectare hanya mampu menghasilkan 15 ton saja. Sudah barang tentu ini tidak seimbang dengan biaya produksinya," keluh Hariyanto.
Meski demikian, menanam ubi jalar madu saat kemarau masih jadi pilihan yang lebih menguntungkan. Pasalnya, tanaman tersebut tidak seperti padi dan jenis tanaman lain yang membutuhkan banyak air. Sehingga, modal yang dibutuhkan tidak sebanyak jenis tanaman musim kemarau lain.
“Saat cuaca kemarau seperti saat ini, hasil tanam juga sangat bagus. Per hektare mampu menghasilkan 25 ton dan hal ini sangat menguntungkan para petani,” terangnya.
Dengan semakin bagusnya potensi pasar yang dipastikan akan terus meningkat jumlah permintaanya, Hariyanto berharap para petani ubi jalar madu, kembali menanam ubi jalar madu.
“Selama petani mau dan sadar dalam penggunaan pupuk organikc, saya yakin hasil panen juga akan bagus dan melimpah. Apalagi, masa tanam hingga panen hanya membutuhkan waktu empat hingga lima bulan saja. Saya rasa bertani ubi jalar madu di Pasrujambe ini, menjadi pilihan terbaik bagi para petani,” pungkasnya. (wso/far)
Load more