"Tiga desa tersebut mengalami krisis air bersih sejak bulan Juli lalu, dan masih ada desa lain seperti di Kecamatan Ngluyu ,Kecamatan Pace dan Kecamatan Pule juga berpotensi mengalami krisis air bersih," jelas Wakid.
Pemkab Nganjuk melalui BPBD telah merespon situasi ini dengan mengirimkan tangki air bersih ke desa-desa yang membutuhkan. Mereka juga bekerja sama dengan organisasi bantuan untuk memberikan bantuan air bersih dan mendistribusikannya ke desa-desa yang terisolasi. Namun, upaya ini masih terbatas dan tidak cukup untuk mengatasi krisis air yang semakin memburuk.
"Padahal, kalau kita hitung setiap dua hari sekali, dropping air bersih sedikitnya 10 tangki atau 50,000 liter telah di distribusikan terhadap warga yang mengalami krisis air bersih," kata Wakid, Senin (18/9).
"Pihak Pemkab juga menyiapkan tandon air bersih pada salah satu desa yang jumlah jiwanya banyak dan berupa jeriken air. Untuk tandon air bersih seperti di Desa Ngepung yang sebelumnya hanya 13 tandon air, kini kita tambah menjadi 17 tandon air dan 110 jeriken," terang Wakid.
Selain air bersih dan 50 jeriken, 23 kepala keluarga di Dukuh Kedungringin, Dusun Tondo Wesi, Desa Pule, juga menerima bantuan 23 paket sembako.
"Krisis air bersih yang mengancam 10 desa di Kabupaten Nganjuk ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang betapa pentingnya menjaga lingkungan dan sumber daya alam. Upaya untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan krisis air semacam ini harus menjadi prioritas bagi pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan," pungkasnya. (kso/far)
Load more