Tetapi, sebaik-baiknya teknologi, menurutnya, AI memiliki tantangan tersendiri, salah satunya perihal keamanan data. Selain itu, tantangan lain seperti biaya awal yang tinggi dalam penelitian dan pengembangan, investasi terus-menerus untuk menjaga data selalu update, kebutuhan akan ahli AI dengan biaya tambahan, masalah etika, moral, dan hukum juga perlu dicermati.
“Untuk mengoptimalkan AI, maka butuh dukungan dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengelola pariwisata halal berbasis teknologi AI yang ahli dan kompeten,” ujarnya.
Menurutnya, penguatan SDM profesional dapat dilakukan melalui berbagai sertifikasi profesional, khususnya bagi SDM yang bekerja pada sektor pariwisata halal. Saat ini, tidak semua SDM yang bekerja di industri tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan pekerjaannya, sehingga diperlukan sertifikasi untuk meningkatkan keahlian dan kompetensi.
“Dalam hal ini, Kementerian Pariwisata dapat menyiapkan kurikulum berbasis digital, seperti pemasaran digital, kewirausahaan digital, bahkan pelayanan berbasis digital,” tegas Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair aktif ke-38 tersebut. (msi/far)
Load more