Sementara itu, bank sampah ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah kelurahan setempat dan akan menggandeng kelompok pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) untuk melanjutkan dan mengembangkan bank sampah agar tetap berkelanjutan.
"Awal mulanya itu kita melihat warga yang masih salah dalam memilah sampah jadi sampah organik dan sampah organik itu tidak dibedakan. Padahal sampah itu sendiri kan berpotensi, sampah organik berpotensi untuk tanaman dan sampah anorganik itu bisa jadi cuan. Nah banyak warga yang belum tahu itu sehingga kami di sini mengajak warga untuk bersama-sama memajukan dan membentuk bank sampah," terang Intan, mahasiswa.
Sementara itu, Abdul Khamil, Lurah Tegal Gede mengaku senang dengan gerakan mahasiswa terhadap warganya.
"Sangat baik karena sebelumnya memang kita belum pernah ada edukasi langsung ke RT/RW dan belum pernah ada bank sampah di kelurahan ini," jelas Abdul Khamil.
Sampah organik yang terkumpul dikirim ke bank sampah induk Kabupaten Jember untuk kemudian diolah menjadi berbagai jenis produk kerajinan daur ulang.
"Dalam sebulan kami mengeluarkan dana untuk bank sampah sekitar Rp15 juta untuk membeli 10 ton sampah," kata Ahmad Sugiarto, ketua Bank Sampah Induk. (sss/far)
Load more