Surabaya, Jawa Timur - Laporan oknum guru SD/MI di Tambaksari yang melakukan pencabulan ke 7 siswa, terus diselidiki Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya. Secara maraton Polrestabes surabaya mulai memeriksa sejumlah siswa kelas 4 yang ikut pembelajaran mengenal indera perasa dan peraba yang dilakukan terlapor oknum guru AS.
Kasubag Humas Polrestabes Surabaya Kompol Muhamad Fakih saat dikonfirmasi wartawan Kamis (23/02) membenarkan terkait pemeriksaan tersebut.
"Kami mulai memeriksa seluruh siswa yang ikut dalam pelajaran panca indera yang diajarkan terduga terlapor (AS) kepada seluruh muridnya , memang tedapat kejanggalan karena hampir seluruhnya siswa yang diajarkan tersebut wanita," kata Fakih.
"Setelah memeriksa sejumlah siswa atau saksi kami juga sedang berupaya memanggil terduga terlapor (AS) untuk segera bisa kami periksa, namun yang bersangkutan belum hadir," ujarnya.
Sementara itu seluruh orang tua siswa pasca kejadian tersebut mengorek info dari anaknya di rumah dan hasilnya dari mulanya tiga siswi yang telah melapor bersama orang tuanya ke Mapolrestabes Surabaya, kini bertambah menjadi 7 siswi.
Bahkan belakangan pihak sekolah telah menerima laporan 20 siswi yang pernah mengalami perlakuan serupa dari terlapor oknum guru AS.
Alaika Habibur Rahman saat dikonfirmasi melalui telfon membenarkan peristiwa tersebut dan menjelaskan jika dugaan perbuatan tak senonoh itu diungkapkan salah satu sisiwi didiknya yang mengikuti pelajaran guru AS.
Salah satu siswi kelas 4 sebut saja (bunga), anaknya sempat melihat (AS) membetulkan ikat pinggang celananya usai memberikan pembelajaran tersebut. Setelah mengetahui cerita dari salah satu walimurid, Alaika segera memanggil AS untuk dimintai keterangan.
"Habis itu saya panggil (AS), saya tanya ada pelajaran gini-gini ta? Dijawab ada. Trus pakai apa? Pakai timun. Mana timunnya? Ada di tas. Ya wis bawa sini. Diambillah timun itu diwadahi kresek, kok cuma timun, katanya ada wortel, terong. Saya batin kok telatenne (rajin) kapan nang pasare. Saya marah, saya gebrak meja. Akhirnya (AS) cuma bisa nunduk terbata-bata minta maaf, matanya berkaca-kaca," ceritanya.
Mengetahui hal itu, Alaika langsung menyiapkan surat dan administrasi pemberhentian A tiga hari setelah itu. Bahkan walimurid datang ke sekolah untuk demo. Mereka menuntut pihak sekolah menindak tegas oknum guru tersebut.
"Waktu orang tua siswa demo (16/2) sudah saya katakan bahwa guru AS sudah dipecat dari sekolah. Kalau hukum bukan ranah saya," ujarnya.
Alaika tidak bisa memastikan jumlah laporan pelecehan berkedok pelajaran indera perasa ini. Mulanya pihak sekola mendapat tiga laporan.
"Saya gak tahu berapa korbannya, yang jelas ke sini tiga, namun pengakuan siswi yang merasa ikut dalam pelajaran tersebut terus bertambah," katanya.
Alaika menyebut keseharian guru A positif. Bahkan rajin beribadah, sehingga membuatnya tak menyangka bisa melakukan hal tersebut.
"Keseharian Pak AS sholatnya tekun bahkan tiap pagi sholat duha. Saya sendiri tidak menyangka bisa berbuat demikian," pungkasnya. (zaz/hen)
Load more