Pati, Jawa Tengah - Keluarga Saiman yang tinggal di pesisir pantai Desa Banyutowo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, Jawa Tengah merupakan satu di antara keluarga kurang mampu yang nyaris tak tersentuh bantuan pemerintah. Tinggal di rumah yang jauh dari kata layak huni, pria berusia 62 tahun ini harus bertahan hidup dengan bekerja sebagai buruh nelayan.
Derita pasangan suami istri (pasutri) lansia warga RT 05 RW 02, Desa Banyutowo, Kecamatan Dukuhseti ini tidak berhenti di situ saja. Istri Saiman, Paijah (55) harus berjuang sendirian di RSUD dr. Kariadi Semarang untuk menjalani pengobatan kanker payudara yang dideritanya. Ironisnya, biaya pengobatan sang istri ditanggung dengan BPJS Kesehatan dengan kepesertaan mandiri.
Mbah Saiman bercerita, istrinya di rumah sakit saat ini tidak ada yang menunggui. Kalau ia tidak bekerja, ia tidak dapat membiayai hidup dan iuran BPJS setiap bulannya.
“Saat ini, istri saya di Rumah Sakit Kariadi Semarang sakit kanker payudara. Untuk membayar biaya di rumah sakit, ya dapat dari melaut itu dikit-dikit dikumpulin. Pakai BPJS, tapi yang bayar sendiri, kalau yang gratis belum dapat,” ujar Saiman, Selasa (20/9/2022).
Dari pekerjaannya sebagai buruh nelayan, Saiman hanya menerima upah kurang dari Rp100 ribu. Bahkan, saat ini, akibat harga solar naik, biaya melaut membengkak dan membuat dirinya terkadang hanya membawa pulang uang sebesar Rp20 ribu.
“Kerjaan sehari-hari melaut. Setiap hari pulang. Penghasilan ya nggak mesti, kadang kalau hasilnya kurang, ya sehari dapat Rp20 ribu,” ungkapnya.
Rumah berukuran 4x6 meter yang ditempatinya hanya bisa menjadi tempat berteduh dari cuaca panas. Di saat turun hujan, atap dan dinding rumahnya tak mampu menahan air sehingga Saiman harus mengungsi ke rumah tetangganya.
“Bantuan lain ya belum dapat. Listrik juga masih menyalur di rumah saudara. Rumah juga kondisinya seperti in. Kalau hujan, ya bocor gentengnya. Kalau ada banjir rob, juga kebanjiran. Jadi, jika musim hujan, kalau tidur ya cari-cari bagian rumah yang tidak bocor dan kebanjiran,” imbuhnya.
Untuk kegiatan MCK, Saiman harus menumpang ke rumah tetangga.
Selain belum mendapatkan jaminan kesehatan gratis dari pemerintah, Saiman mengaku selama ini baru sekali menerima bantuan dana dari pemerintah.
“Bantuan baru sekali dapat. Kemarin, saya menerima bantuan Rp600 ribu. Tapi, sebelumnya belum pernah. Untuk bedah rumah belum pernah. WC juga tidak punya saya, jadi kalau mandi dan buang air besar ya numpang di rumah tetangga atau saudara,” pungkasnya.
Mendapat laporan tentang kondisi warga Banyutowo tersebut, Camat Dukuhseti, Agus Sunarko langsung turun tangan. Bersama jajarannya, kepala desa, serta perangkat Desa setempat, ia menyambangi Saiman di kediamannya untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.
“Saya mewakili Pemkab Pati meminta maaf kepada Pak Saiman karena memang kondisi beliau layak mendapatkan bantuan sosial. Selanjutnya, saya akan berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait dan stakeholder agar ke depan bisa menjadi keluarga penerima manfaat, termasuk membantu agar Pak Saiman bisa mendapatkan bantuan bedah rumah,” terang Camat Dukuhseti Agus Sunarko.(Arm/Ard)
Load more