Semarang, Jawa Tengah - Angka stunting atau anak kerdil di Provinsi Jawa Tengah hingga saat ini masih mencapai angka 540 ribu kasus. Kepala Badan Kependudukan, Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perwakilan Jateng Widwiono menyebut angka stunting tersebut setara 20,9 persen.
Untuk itu pihaknya bekerja sama dengan Pemprov Jateng bersinergi dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) untuk menurunkan angka tersebut menjadi 14 persen pada tahun 2023.
TPPS tersebar di 35 kabupaten/kota, 576 kecamatan dan 8.562 desa/kelurahan.
Anggotanya terdiri dari lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan melibatkan kejaksaan, kepolisian, dan tentara.
Selain TPPS, telah dibentuk pula Tim Pendamping Keluarga berjumlah 27.931 orang.
"Di lapangan nanti kita intervensi dari masing-masing stakeholder. Misal dari Dinkes memberikan makanan tambahan, obat penambah darah. Bisa juga dari DPU terkait dengan jambanisasi, akses air bersih," kata Widwiono setelah pengukuhan TPPS tingkat provinsi oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kamis (19/5/2022).
Ia menambahkan, pihaknya juga melakukan pendataan terkait jumlah ibu hamil, calon pengantin, dan anak usia dua tahun. Menurut data, ada sekitar 271 ribu calon pengantin dan sekitar 551 ribu wanita hamil di Jateng. Dengan data tersebut, pihaknya yang tergabung dalam TPPS akan mencari ibu hamil dan calon pengantin putri yang mengalami masalah kesehatan.
"Secara teori dari jumlah ibu hamil, 20 persen mengalami masalah kesehatan. Sementara calon pengantin putri 70 persen itu anemia (kekurangan sel darah merah) itu yang menyebabkan stunting. Kemudian, bayi kurang dari 2 tahun diukur apakah perkembangannya sesuai," tuturnya.
Load more