Pati, Jawa Tengah - Warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Pati, Jawa Tengah, bisa tersenyum bahagia pada lebaran kali ini. Pasalnya, kue kering khas lebaran produksi mereka, seperti nastar, pastel dan stik bawang banjir pesanan jelang lebaran.
Tak tanggung-tanggung, selama bulan Ramadhan ini kue kering hasil produksi mereka mencapai omset Rp 40 juta.
Mereka punya tugas masing-masing, ada yang membuat adonan nastar dan pastel, serta memasukkan isian selai dalam adonan nastar dan isian abon dalam adonan pastel.
Ada pula yang bertugas melakukan pengemasan kue dalam toples bening yang diberi label "Pasti SAE cake & bakery". Pasti sae merupakan singkatan dari " Lapas Pati Sarana Asimilasi dan Edukasi".
Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Pati, Febie Dwi Hartanto mengatakan, selama bulan Ramadhan ini omzet penjualan kue kering hasil produksi warga binaan sudah mencapai Rp 40 juta.
Foto: Produksi kue kering lebaran warga binaan Lapas Kelas IIB Pati (Abdul Rohim)
“Setelah mengikuti pelatihan tata boga selama dua minggu yang dilaksanakan 3 bulan lalu, warga binaan ini langsung berproduksi dan hasilnya mendapat sambutan yang baik dari warga msyarakat. Itu bisa dilihat dari omzet penjualan selama bulan puasa saja itu hampir Rp 40 juta untuk omzet penjualan kue kering,” kata Febie Dwi Hartanto, Kamis (28/4/2022).
“Sementara ini ada 15 orang warga binaan yang terlibat dalam produksi kue kering. Nantinya mereka berhak mendapatkan premi atau upah dari sebagian hasil penjualan. Sebagian hasil penjualan lainnya diperuntukkan pula untuk setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),” imbuhnya.
Progam pelatihan tata boga ini disambut positif warga binaan Lapas Kelas IIB Pati.
“Alhamdulillah respon teman-teman warga binaan bagus sekali. Dari pelatihan tata boga, ada tindak lanjutnya dengan memproduksi kue kering, berupa nastar, pastel, dan stik,” kata Sukarji, Narapidana Pemuka Kegiatan Kerja di Lapas Pati.
“Selama puasa kue kering hasil produksi kami rata-rata per hari bisa terjual antara 50 sampai 70 toples, dengan omset mencapai Rp 1,1 juta sampai Rp 1,5 juta setiap hari,” tambahnya.
Salah seorang pembeli produk kue kering produksi warga binaan Lapas Kelas IIB Pati, Nanik, mengaku tahu di Lapas Pati menjual kue lebaran dari temannya. Menurutnya selain rasanya sama seperti yang dijual di toko atau pasar, harganya juga lebih murah.
“Saya tahunya dari teman. Ternyata rasanya sama dengan yang dijual di luaran bikinan UMKM, terus hargaya lebih murah. Saya sudah tiga kali beli disini (Lapas Pati). Beli kue kering bikinan warga binaan untuk saya bagikan kepada tetangga, teman dan karyawan untuk parcel lebaran,” ujarnya.
Rencana setelah lebaran, Lapas Kelas IIB Pati akan kembali melakukan pelatihan tata boga untuk meningkatkan kualitas produk kue kering. Diharapkan keterampilan produksi kue kering yang didapat para warga binaan di Lapas Pati, nantinya bisa menjadi modal berharga bagi warga binaan untuk berwirausaha setelah selesai menjalani masa tahanan di Lapas Pati. (Arm/Buz)
Load more