Semarang, Jawa Tengah - Ratusan warga Dusun Tugu, Karangbalong, Kadipurwo, Krajan, Bener serta sejumlah warga luar kota yang mempunyai leluhur di pemakaman Cengklik atau yang lebih dikenal dengan nama Makam Nyai Ageng Kebo Kanigoro, berkumpul bersama di kawasan Dusun Tugu, Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang pada Minggu (20/3/2022) pagi untuk mengikuti tradisi "nyadran" atau kirim doa dan bersih kubur anggota keluarga yang telah meninggal.
Kepala Dusun Krajan, Purwanto mengatakan, tradisi ini merupakan cara agar mereka yang masih hidup selalu ingat dengan para leluhur atau kerabat yang telah mendahului, yaitu dengan berziarah ke makam.
Tradisi nyadran rutin dilaksanakan setahun 2 kali, yakni setiap bulan Maulud dan menjelang datangnya bulan suci Ramadan.
"Harapannya, anggota keluarga bisa birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Dengan kegiatan ini, mereka akan ingat terhadap ahli kubur mereka yang telah meninggal," jelasnya.
Sementara itu, K.H. Sofiullah dari Ambarawa, yang mengisi ceramah dalam tradisi nyadran mengatakan, bahwa makhluk hidup harus selalu ingat akan mati, karena apa pun yang hidup di dunia ini suatu saat akan mati. Oleh karena itu, manusia harus mengingat tiga hal, yakni tua, sakit, dan tiada.
"Kabeh wong neng alam ndunyo kuwi arep ngalami telung perkoro, yoiku tuwa, lara, lan lunga (semua manusia akan mengalami tiga hal, yakni tua, sakit, dan meninggalkan dunia)," ujar K.H. Sofiullah.
Dalam tradisi nyadran, masyrakat datang membawa makanan dan minuman untuk dimakan bersama seusai acara. Namun, sebelumnya, semua makanan dan minuman ini didoakan terlebih dahulu agar membawa berkah saat dimakan bersama-sama.
Load more