Semarang, tvOnenews.com - Ribuan masyarakat Dusun Krajan, Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang gelar tradisi ancakan. Tradisi yang digelar tiap tahun ini merupakan istiadat yang sudah digelar sejak jaman nenek moyang sebagai ungkapan syukur masyarakat terhadap berkah yang diberikan Allah.
Tradisi Ancak yaitu wadah berisi miniatur desa dan bangunan-bangunan yang biasa ditinggali masyarakat setempat. Di dalamnya biasanya juga dimasukkan sesaji berupa hasil bumi.
Tradisi Ancak sendiri berasal dari kata ancak yang diambil dari kata bancakan atau selamatan. Oleh leluhur selamatan digelar sebafai bentuk meminta perlindungan kepada Allah karena dulunya wilayah tersebut merupakan kawasan hutan, kemudian dibersihkan oleh para pendahulu hingga memunculkan peradaban.
Warga yang bersyukur kemudian melakukan selamatan hingga muncul nama Bancak. Koordinator Kirab Budaya RT 08, Febriyanto Arif mengatakan, ancakan ini dilaksanakan pada Agustus tiap tahunnya dan pemilihan harinya pada Selasa Pahing malam Rabu Pon (kalender Jawa).
Terdapat delapan ancak dari delapan RT di RW 01 yang diarak pada Ancakan tersebut. Ancak yang diarak pun berbeda-beda, di antaranya miniatur balai desa, miniatur permukiman, patung pahlawan pejuang kemerdekaan Indonesia, dan lain sebagainya.
“Di ancak kami terdapat juga hasil bumi seperti pisang, jenang, rengginang, jadah yang memiliki nilai filosofis tersendiri,” jelas Arif di tengah arak-arakan Dusun Krajan, Selasa (29/8/2023).
Arif menambahkan, dalam membuat ancakan, ia bersama warga menyiapkan ancak tersebut selama satu bulan.
"Ancakan yang dibuat warga memiliki sejumlah filosofi sesuai dengan tema yang diangkat. sehingga apapun temanya yang diangjat setiap tahun tidak melupakan sejarah dari makna tradisi ancakan," imbuhnya.
Sementara itu Kasi Pemerintahan Desa Bancak sekaligus panitia Ancakan, Siswanto mengatakan bahwa ancak tersebut dibuat oleh para pemuda desa yang kreatif.
“Dengan berbagai bahan yang ada, tema yang kami tentukan, misalnya kemerdekaan. Mereka memaksimalkan kreatifitas mereka di sini,” ungkap Siswanto.
Dia menambahkan, tradisi legendaris itu sudah diadakan rutin sejak jaman nenek moyang, namun mulai dikemas menarik sejak tahun 1960an.
"Para warga berdoa kepada Tuhan agar tempat yang akan ditempati selalu aman, nyaman dan tidak halangan apapun untuk ditempati. Maka, ancak diarak untuk menunjukkan rasa syukur dan menampilkan tempat tinggal mereka yang diharapkan tetap aman," tutupnya. (abc/aag)
Load more