"Kita sih perkiraan nih, sampai Boyolali ya antara duabelas lima belas jam lah. Tapi kan di jalan situasi bisa jadi lain. Belum mampir rest area, belum mampir makan. Jadinya ini lebih 24 jam dah," ungkapnya dengan logat Betawi yang kental.
Ia tak menampik jika perjalanan jauh dengan bajaj terasa capek. Tapi kenikmatan perjalanan mudik baginya memang beda, sehingga rasa capek itu tak begitu terasa.
"Kalau capek, narik bajaj tiap hari juga capek. Tapi ini kan mudik ya, sekalian jalan-jalan capeknya kagak kerasa," katanya.
Bicara ongkos, Sutrisno yang sudah lama tinggal di Jakarta tersebut, naik bajaj termasuk ngirit. Jakarta Boyolali estimasinya hanya butuh BBM Rp 500.000 per bajaj yang bisa memuat 3 orang.
"Lima ratus ribu bensinnya. Di belakang kita kasih kasur buat tidur anak-anak dan taruh barang. Nanti di kampung bisa jalan-jalan pakai bajaj juga, kagak perlu sewa-sewa," katanya cerah.
Istirahat di Gombel Semarang pun cukup bagi Sutrisno dan rombongan. Mereka pun bergegas lanjut, menyusuri jalur arteri Semarang - Solo. Rombongan dua bajaj biru itu begitu yakin, zigzag membelah sela-sela padatnya kendaraan yang juga akan mudik menuju ke kampung halaman. (tjs/buz)
Load more