Karawang, Jawa Barat - Warga net baru-baru ini dibuat heboh oleh jembatan perahu yang mengapung di Sungai Citarum, yang melintas di Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Karawang, Jawa Barat. Selain unik dan inovatif, tak disangka ternyata jembatan perahu penyeberangan itu beromzet Rp20 juta per hari.
Jembatan perahu yang diopreasikan oleh Muhammad Endang Junaidi di desa Anggadita beroperasi 24 jam tanpa henti. Jembatan perahu tersebut menghubungkan 2 desa di Karawang. Dihari kerja, setiap harinya ada sekitar 10 ribu sepeda motor yang melintasi jembatan perahu tersebut.
Bagi pengendara motor yang melintas diatas jembatan perahu dikenakan tarif sebesar Rp2 ribu. Menurut Haji Endang biasa ia disapa, biaya tersebut diperuntukan bagi perawatan jembatan perahu dan pembangunan infrastruktur penunjang lainnya.
"kalo untuk hari kerja, Alhamdulillah 10 ribu motor yang melintas. Kalo hari sabtu hanya 20 persennya dan hari minggu hanya 10 persennya. Kita membuat ini juga untuk kegiatan sosial, karena banyak orang yang butuh melintas di jembatan." terang Haji Endang kepada tvOnenews.com saat ditemui di kediamannya, Minggu (23/01/2022).
Lanjut Haji Endang, bagi pengendara yang melintas jembatan perahu, bisa menghemat waktu 20 menit perjalanan jika dibandingkan dengan menempuh jalur biasa. Oleh karena itu setiap harinya ada ribuan kendaraan yang memotong jalan dengan menyeberang jembatan perahunya.
"Bagi yang melintas memlalui jembatan ini bisa memotong waktu sampai 20 menit, kalo lewat jalan biasa bisa sampe 1 jam." terang Haji Endang.
Jembatan penyeberangan perahu Haji Endang mulai beroperasi di tahun 2010, berawal dari permintaan kepala desa untuk membantu warga untuk bisa melintasi sungai Citarum tanpa memutar. "Awalnya dari perahu kayu dikeret pakai seling, nah itu tuh perahu kayu dari mulai satu jadi dua untuk pulang pergi dengan cara ditarik." tutur Haji Endang.
Seiring perjalanan waktu, Haji Endang mulai memutar otak untuk membuat jembatan yang efisien dan aman bagi pelintas. Kemudian pada tahun 2014, jembatan perahu yang sebelumnya dieret dan terbuat dari kayu, mulai disambung dengan cara berjejer seperti jembatan penyeberangan dan dibawahnya ditopang oleh perahu yang kini terbuat dari besi.
"Ada temen tawarin bikin perahu berbahan galvanis, tapi satu perahu harganya mahal, bisa sampai 300 juta. Saya masih punya utang, saya pinjam lagi dari bank untuk membuat perahu." Ungkap Haji Endang saat menceritakan pengalamannya.
Setelah jembatan perahu yang dioperasikannya viral di media sosial dan diketahui oleh banyak orang, Haji Endang merasa bangga dan apa yang dilakukannya bisa memberikan inspirasi bagi orang banyak dan ia dengan senang hati untuk membagi ilmunya.
"Saya memberikan kebebasan kepada siapa saja yang ingin mencontoh apa yang sudah saya lakukan. Saya dengan senang hati berbagi ilmu, bila perlu ditiru oleh orang lain dan memberikan inspirasi ke banyak orang." tutup Haji Endang dengan senyum bangga.
(Agung Prasetio/ fis)
Load more