Senior Project Manager Ayo Indonesia, Eni Setyowati menjelaskan, perubahan iklim (climate change) bukanlah istilah yang lazim dipakai masyarakat Manggarai. Beberapa daerah, kecuali Goloworok, Colol, dan Ruteng, menyebut situasi perubahan iklim dengan fenomena perubahan curah hujan yang belakangan jadi persoalan serius.
"Bagaimanapun juga, tingkat sensitivitas masyarakat terhadap perubahan iklim juga diukur melalui pemahaman masyarakat mengenai perubahan iklim itu sendiri, serta dampak dan cara memitigiasi. Kendati demikian,mereka tetap menyadari adanya fenomena peristiwa alam selama kurun 10-15 tahun belakangan," ujar Eni kepada tvonenews.com, Sabtu (14/5/2022).
Perubahan paling signifikan sebut dia terjadi pada sektor pertanian, yakni merosotnya hasil panen, berubahnya pola tanam masyarakat karena curah hujan tidak menentu, naik-turunnya debet air, serta ledakan populasi hama yang semakin tidak terbendung.
Di beberapa daerah, seperti Wewo, Colol, Rai, dan Goloworok, misalnya, masyarakat mengeluhkan hasil panen yang merosot drastis dalam tahun-tahun terakhir. Bahkan tahun ini, Desa Wewo mengalami kerugian sangat parah karena gagal panen.
Hasil Penelitian
Sebanyak 5 dari 6 daerah penelitian sangat rentan terhadap perubahan iklim. Kelima daerah tersebut yaitu Wewo, Colol, Goloworok, Rai, dan Tal.
Hal ini karena sebagian besar daerah atau komunitas tidak memiliki kemampuan adaptasi, sebaliknya memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada sumber daya alam. Jika terjadi sedikit saja gangguan/disaster pada kondisi alam, maka perubahan kehidupan masyarakat akan berubah.
Load more