“Saya memilih pelatihan sebagai barista karena potensi peminat kopi di Indonesia sangat tinggi, yakni sekitar 80 persen. Selain barista, ada waiter dan waitress juga,” kata Jigo.
Jika usaha ini maju, Jigo mempersilakan pegawainya yang telah memiliki kemampuan dunia barista ingin membuka usaha sendiri di rumah atau di tempat lain.
“Saya senang dan bangga kalau pegawai yang aktif di sini (Difel Café) mampu membuka usaha sendiri. Tentu kita akan merekrut lagi teman difabel untuk dilatih karena sudah banyak yang memiliki dasar-dasarnya,” katanya.
Baru satu tahun berdiri, Jigo dan para difabel lain telah mengikuti berbagai kegiatan seperti bazar.
“Kita sudah pernah mengikuti beberapa event di luar, bahkan kopi dua kilo yang kita bawa langsung ludes dalam waktu dua jam saja karena banyak peminatnya dan hasil uangnya lumayan,” katanya sambil tertawa.
Jigo mengucapkan terima kasih atas dukungan Pertamina untuk penyandang disabilitas. Jigo bahkan membuka diri untuk institusi yang ingin melibatkan para penyandang disabilitas karena sekaligus untuk menguji nyali.
“Kami berharap pelatihan dari Pertamina untuk penyandang disabilitas tidak hanya di bidang kopi saja, tetapi juga bakery atau hal lain,” ujar Jigo.
Secara umum tidak ada kesulitan memiliki pegawai yang seluruhnya difabel.
Load more