Ia juga menyebutkan, bahwa selama ini BNPT dengan Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 telah menemukan ratusan ribu konten radikalisme dengan doktrin radikalisme. Apalagi, saat Pandemi Covid-19 yang memang dimanfaatkan oleh jaringan teroris tersebut.
"Tiga tahun pandemi, kita lebih banyak berkomunikasi menggunakan media online. Dalam waktu bersamaan, sel-sel ini memanfaatkan anak-anak yang belajar berkomunikasi, bersosialisasi, hampir seluruh kehidupannya menggunakan online itu dimanfaatkan dengan konten-konten radikal seperti itu. (Konten ditemukan) ratusan ribu," ujarnya.
Selain itu, mendekati pemilihan umum (Pemilu) dan Pilihan Presiden (Pilpres) 2024, pihaknya terus melakukan operasi untuk mengantisipasi jaringan teroris tersebut.
"Kami terus melakukan operasi, melakukan kesiapsiagaan nasional. Membangun public awareness untuk menciptakan resilient community. Kami melakukan monitor terhadap sel-sel jaringan itu dan para pendukungnya dan mantan napiter (napi teroris) yang ada di luar," jelasnya.
Sementara, untuk jaringan terorisme dari luar Indonesia menurutnya pasti selalu ada. Maka untuk mengantisipasi itu BNPT bekerjasama dengan banyak negara terutama negara-negara di Timur Tengah dan lainnya.
"(Jaringan teroris dari luar) pasti ada, karena namanya jaringan. Itu kita antisipasi dengan kerjasama internasional. Kita kerjasama dengan semua negara. Terutama negara di Timur Tengah dan lainnya," ujarnya.
Sementara, saat ditanya untuk potensi teroris di Indonesia di wilayah mana. Ia menyatakan, bahwa memang di beberapa tempat di Indonesia ada potensi rawan teroris dan pihaknya enggan menyebutkan.
Load more