Pengakuan Diego Michiels: Kisah Naturalisasi Timnas Indonesia hingga Tragedi 0-10 di Bahrain
- ANTARA/Yudhi Mahatma
tvOnenews.com - Momen hangat terjadi usai laga Persib Bandung vs Borneo FC di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Jumat 5 Desember 2025, ketika Diego Michiels dan Ramon Tanque terlihat bertukar jersey di akhir pertandingan.
Persib Bandung menang 3-1 atas Borneo FC dalam lanjutan laga tunda Super League 2025-2026.
Borneo FC sempat unggul lebih dulu melalui Joel Vinicius pada menit ke-18, namun Persib mampu membalikkan keadaan lewat gol Ramon Tanque (40’), Federico Barba (50’), dan Saddil Ramdani (90+6’).
Nama Diego Michiels tentu tidak asing bagi para penggemar Timnas Indonesia. Pemain naturalisasi generasi awal ini menjalani proses naturalisasi sekitar tahun 2011-2012 dan sempat menjadi andalan skuad Timnas Indonesia di era kepelatihan Aji Santoso.
Dalam bincang-bincang di Youtube Vivagoal Indonesia, Diego Michiels membagikan pengalaman memalukan saat pertama kali bergabung dengan Timnas Indonesia. Diego, yang memiliki ayah berdarah Indonesia, Robbie Michiels, dan ibu Belanda, Annet Kloppenburg, menceritakan:
“Saya ingat pertama kali saya datang di hotel timnas waktu itu, nah saya tunggu di lobi, tim baru datang, keluar dari bus cuma pakai sandal jepit, rompi (latihan), tas begitu,” ujarnya.
“Terus agen saya bilang, yang ini timnas ini, ha, terus saya bilang tim bola ini,” ungkapnya sambil tertawa, mengaku terheran-heran.
- Kolase tvOnenews.com / VIVAGOAL / Instagram/diegomichiels24
Diego mengaku terkejut karena budaya di Timnas Indonesia sangat berbeda dari pengalaman sebelumnya di klub Belanda, Go Ahead Eagles.
“Kalau di Belanda, kita kumpul di sana diberi makan, porsi ini itu, abis latihan harus sama-sama makan lagi, protein fitness segala macam, taat aturan,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa di Belanda, berat badan para pemain selalu dipantau dan disiplin sangat dijaga.
Salah satu momen paling memalukan menurut Diego adalah saat Timnas Indonesia dibantai Bahrain 0-10 pada Kualifikasi Piala Dunia 2014 di Bahrain, 29 Februari 2012.
“Saya juga bingung sekali, serius. Saya masuk di lapangan, tiba-tiba, wah parah dalam beberapa menit kiper sudah kartu merah,” ujarnya.
“Penalti berapa, saya bingung sekali,” sambung Diego.
Ia menceritakan kondisi di ruang ganti kala itu:
“Saya lama di lapangan, mungkin sampai 30 menit baru saya masuk ke ruang ganti, itu parah sekali.”
Imbas kekalahan telak itu bahkan sampai membuat pihak Interpol memanggil timnas Indonesia setibanya di tanah air.
“Sampai dipanggil oleh Interpol, mungkin mereka pikir match fixing kah atau apa,” ungkapnya.
Diego menjelaskan bahwa performa tim yang kurang maksimal dipengaruhi kondisi liga domestik yang sedang dualisme dan menghadapi lawan yang kuat. Kekalahan itu membuatnya merasa sangat malu.
“Tapi lama saya tidak keluar rumah waktu itu, wah malu sekali saya, bukan trauma sih, cuma malu sekali,” ungkap mantan bek Timnas Indonesia ini.
Saat ditanya klub mana yang ia bela saat itu, Diego sempat lupa sebelum akhirnya menyebut Sriwijaya FC pada tahun 2014, yang membuat host Oki Rengga bercanda mengenai ingatan jangka pendeknya.
Kala itu, Timnas Indonesia dipimpin pelatih Aji Santoso, namun proses pemanggilan pemain terbaik terkendala karena dualisme kompetisi di dalam negeri. (ind)
Load more