Sebelum Era Shin Tae-yong, Timnas Indonesia Sempat Bersinar di Zaman Soeharto, Begini Kisah Emasnya
- Tangkapan layar - YouTube LastTeacher / Wikimedia
tvOnenews.com - Keberhasilan Timnas Indonesia yang saat ini berhasil mencapai putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 membuat masyarakat kembali mengingat kembali masa-masa gemilang Garuda pada zaman kepresidenan Soeharto, Presiden kedua RI.
Meski, sudah bukan bagian dari Timnas Indonesia sejak awal tahun 2025. Tapi bukan rahasia umum lagi, era kebangkitan dan meningkatnya performa Timnas Indonesia itu di era kepelatihan Shin Tae-yong.
Pelatih asal Korea Selatan itu juga yang sosok berjasa membawa timnas Indonesia membuat sejarah dengan berhasil mencapai putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 untuk yang pertama kalinya.
Di tengah dinamika sepak bola Indonesia saat ini, banyak yang mulai mengenang kembali masa-masa kejayaan Timnas Indonesia di era Presiden Soeharto.
Meski tak pernah tampil di Piala Dunia, skuad Garuda di masa itu dikenal disegani di kawasan Asia Tenggara, bahkan Asia.
Dukungan penuh dari pemerintah, infrastruktur yang mulai dibangun, serta semangat nasionalisme yang tinggi membuat timnas tampil solid di berbagai ajang internasional.
Mulai dari SEA Games hingga Piala Merdeka, nama-nama seperti Ronny Pattinasarany, Bob Hippy, hingga Herry Kiswanto menjadi ikon kebanggaan publik.
Stadion selalu penuh, rakyat menyatu dalam euforia, dan sepak bola menjadi alat pemersatu bangsa.
Meskipun kurang vokal mengenai sepak bola dibandingkan dengan Presiden pertama Ir. Soekarno, di era kepemimpinan Soeharto justru muncul sejumlah prestasi yang hingga kini diingat oleh masyarakat Indonesia.
{{imageId:349889}}
Soeharto, yang lahir di Desa Kemusuk, Bantul, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921, memegang jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia selama lebih dari 30 tahun.
Walaupun dia tidak sering hadir langsung di stadion karena berbagai alasan dan kesibukan, seperti pengalaman melihat kerusuhan di PON, perkembangan sepak bola Indonesia tetap berlangsung pesat di masa pemerintahannya.
Salah satu bentuk perhatiannya terlihat saat ia menghadiri perayaan ulang tahun PSSI. Dari peristiwa tersebut, lahir kompetisi Piala Soeharto yang menjadi fondasi bagi terbentuknya liga semi-profesional pertama di tanah air.
PSSI mengumumkan secara resmi peluncuran kompetisi Galatama (Liga Sepak Bola Utama) dalam Sidang Paripurna pada 6-8 Oktober 1978, dengan musim pertamanya dimulai pada tahun 1979.
Kehadiran Galatama tidak hanya menggugah semangat masyarakat, tetapi juga menarik perhatian sponsor besar untuk mendukung tim-tim yang ikut berpartisipasi.
Timnas Garuda Perkasa di Asia Tenggara
Tidak hanya dalam hal kompetisi, namun juga pencapaian Timnas Indonesia di masa Kepresidenan Soeharto cukup mengesankan. Garuda berhasil meraih medali emas di SEA Games pada tahun 1987 dan 1991.
Pencapaian ini baru terulang lagi di SEA Games 2023, saat Timnas U-22 mengalahkan Thailand dengan skor 5-2 di final yang diadakan di Kamboja.
Ini berarti setelah 32 tahun pasca era Soeharto, Indonesia akhirnya kembali merasakan medali emas SEA Games.
Pada periode tersebut, Timnas Garuda dikenal sebagai tim yang ditakuti di kawasan Asia Tenggara, bahkan sanggup bersaing melawan klub-klub dan negara-negara kuat di tingkat dunia.
Ajax Amsterdam, Arsenal, serta Timnas Brasil pernah menjadi lawan uji coba bagi Indonesia.
Peristiwa paling bersejarah terjadi pada tahun 1974, saat Garuda mengalahkan Uruguay dengan skor 2-1. Meskipun Uruguay merupakan juara dunia dua kali (1930 dan 1950).
Lahirnya Generasi Emas
Keberhasilan itu tak terlepas dari inisiatif pengembangan atlet muda pada masa Soeharto.
Banyak bakat Indonesia pada masa itu mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri, termasuk mendapatkan beasiswa sepak bola di Eropa.
Beberapa atlet bahkan sempat merasakan suasana tim besar seperti Sampdoria di Italia.
Sekarang dengan pencapaian Timnas Indonesia yang berhasil mencapai putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, masyarakat berharap momen bersejarah di zaman Soeharto dapat terulang kembali.
Garuda Muda dianggap memiliki kesempatan untuk maju lebih jauh, bahkan menciptakan sejarah baru dengan mencapai putaran final. (amr/ind)
Load more