Simon Tahamata Ungkap Alasan Sebenarnya Pilih Jadi Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia: Menolong Patrick Kluivert dan…
- tvOnenews.com/Taufik Hidayat
Jakarta, tvOnenews.com - Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia, Simon Tahamata, mengungkapkan alasan dirinya memilih untuk menerima tawaran dari PSSI.
Pria berdarah Maluku itu ditunjuk oleh PSSI sebagai Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia pada 22 Mei 2025 lalu.
- Ajax Amsterdam Official
PSSI mendatangkan Simon Tahamata demi memperkuat pondasi pengembangan pemain nasional menuju Piala Dunia 2026 dan seterusnya.
Pria berusia 69 tahun itu bertanggung jawab mengidentifikasi dan merekrut talenta potensial baik dari dalam negeri maupun diaspora, khususnya di Belanda.
Simon akan bekerja sama erat dengan Patrick Kluivert (pelatih Timnas Indonesia), Gerald Vanenburg (pelatih Timnas U-23), Nova Arianto (pelatih Timnas U-17) dan lain-lain.
Dia kembali bekerja sama dengan mantan pemain atau orang-orang yang pernah bekerja untuk Ajax Amsterdam, seperti Jordi Cruyff (penasihat teknis), Sjoerd Woudenberg (pelatih kiper), Gerarld Vanenburg (pelatih timnas U-23), Denny Landzaat (asisten pelatih), dan Patrick Kluivert.
Perannya sangat dibutuhkan untuk memastikan keberlanjutan, kualitas dan perkembangan timnas Indonesia serta sepak bola Indonesia.
Sekitar dua pekan kemudian setelah diperkenalkan oleh PSSI, Simon bertatapan langsung dengan awak media untuk pertama kalinya.
Kesempatan ini terjadi saat dia menghadiri sesi latihan timnas di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (2/6/2025).
Menurut pengakuannya, Simon bisa saja kembali bertugas di Ajax. Namun, dia lebih memilih untuk menjadi Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia untuk membantu Patrick Kluivert dkk.
Selain itu, pria berdarah Maluku tersebut juga antusias karena banyak talenta muda berbakat di Indonesia yang harus dipoles.
- tvOnenews.com/Taufik Hidayat
"Saya di sini karena kami punya talenta. Saya bisa kembali di Ajax, tetapi mau pulang kembali di sini. Menolong Patrick dan teman-teman di sini, jadi kami ada di sini untuk menolong Indonesia dan juga untuk anak-anak muda," kata Simon dengan menggunakan bahasa Indonesia yang kurang lancar.
"Bukan politik, saya di sini buat olahraga. Ini tanah Indonesia akan besar. Kita di Belanda mulai dari di bawah 8 tahun, disini di bawah 13-15 tahun, sudah terlambat. Terlambat," kata dia.
Load more