tvOnenews.com - Meski berstatus sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17, Tim U-17 Indonesia asuhan Bima Sakti gagal lolos ke babak 16 besar. Besok, Selasa (27/11/2023) kompetisi bergengsi itu sudah memasuki babak semifinal.
Argentina akan berhadapan dengan Jerman pada pukul 15.30 WIB. Kemudian dilanjutkan Prancis lawan Mali pada pukul 19.00 WIB. Kedua pertandingan itu digelar di Stadion Manahan, Solo.
Selama gelaran Piala Dunia U-17 ini banyak pemandu bakat yang hadir untuk memantau pemain-pemain muda yang berpotensi layak diorbitkan.
Berbicara tentang tim sepak bola usia muda, pengamat sepak bola Indonesia Justinus Lhaksana menjelaskan analisisnya tentang tim-tim Afrika.
Tim seperti Nigeria, Kamerun, Ghana, dan lainnya banyak menghasilkan pemain muda hebat, namun tidak kunjung berkembang menjadi tim yang kuat dan stabil layaknya tim-tim Eropa ketika memasuki usia senior.
“Dulu saya sering nonton Piala Afrika, saya lihat banyak pemain yang suka show off (pamer skill individu) karena banyak scouting (pemandu bakat) kan,” kata Justinus Lhaksana dikutip dari tayangan Youtube, R66 Sports, Selasa (27/11/2023).
Sebab di kompetisi Piala Afrika itu banyak pemandu bakat yang ingin melihat pemain Afrika mana yang muda dan murah. Itulah alasan mereka suka bermain egois menunjukkan skill.
“Kalau mereka begini terus nggak akan kemana-mana (negaranya). Padahal 15 tahun lalu negara-negara itu punya talenta istimewa,” ungkap pria yang akrab disapa coach Justin itu.
Helmy Yahya sebagai pembawa acara kemudian menimpali bahwa pada saat menonton Piala Dunia U-17 di Bandung dia bertemu dengan seorang agen pemain asal Eropa.
“Dia dikirim langsung dari AC Milan, hanya untuk melihat pemain-pemain dari Senegal sama Mali,” tutur Yahya.
Coach Justin kemudian menimpali bahwa tidak heran jika ia hanya mengamati pemain asal Senegal dan Mali. Sebab di antara alasan banyak pemain Afrika yang merumput di Eropa, tak lain adalah karena fisiknya.
“Mereka bisa bersaing secara fisik. Kalau Asia berat paling hanya segelintir dari Korea Selatan dan Jepang,” kata coach Justin.
“Maka kalau kita mau tembus, kita harus play smarter (bermain lebih cerdas) karena dari segi fisik kita kalah,” imbuhnya.
Padahal Jepang dahulu belajar sepak bola dari Indonesia di antara pemain yang direkrut ke sana adalah Ricky Yacobi saat itu masih amatir.
“Liga Jepang itu usianya baru 30 tahunan, lho. Karena mereka fokus, bukan cari duit dan jabatannya. Sports science dan pembinaan pemain, semua jalan,” ucapnya.
(amr)
Temukan artikel menarik tvOnenews.com lainnya di sini, Google News.
Load more