Surabaya, Jawa Timur - Kerusuhan terjadi di Gelora Delta, Sidoarjo, seusai kekalahan 1-2 Persebaya dari Rans Nusantara FC pada 15 September lalu, sebabkan Persebaya rugi belasan miliar rupiah. Situasi ini bisa menggerogoti kondisi keuangan tim berjuluk Bajul Ijo secara serius.
Sekretaris Tim Persebaya Ram Surahman membenarkan perihal kerugian miliaran rupiah ini. Ram menyebut angka Rp5 miliar dari nilai promotion value yang diberikan kepada para sponsor.
Sebagaimana diketahui, Persebaya memiliki lima sponsor musim ini, Kapal Api, Kings Wallet, Exta Joss, MPM Honda, dan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
"Semuanya mendapatkan benefit dalam pertandingan. Mulai dari umbul-umbul, sampling produk, a-board, dan sebagainya," ujarnya.
Benefit yang diberikan langsung kepada penonton tidak bisa diberikan lagi. Sampling produk, brosur, dan interaksi lainnya dengan fans hilang.
”Dengan angka penonton Persebaya yang begitu besar, mendekati rata-rata 30 ribu per pertandingan di Gelora Bung Tomo, hitungan kerugiannya mencapai Rp1 miliar setiap game. Jika lima game tanpa penonton kerugiannya ya Rp5 miliar,” lanjut Ram.
Kerugian lainnya adalah dari pendapatan tiket penonton. Dengan asumsi penonton 25 ribu per game, seperti halnya rata-rata penonton di GBT musim ini, kerugian bisa mencapai 9,4 miliar untuk lima game. Sebagai catatan, tiket pertandingan Persebaya saat ini Rp75 ribu untuk ekonomi. Dan Rp250 ribu untuk VIP.
Plus denda PSSI dan biaya perbaikan stadion Gelora Delta Sidoarjo, total kerugian bisa melebihi Rp15 miliar. Kabarnya, rata-rata biaya klub liga satu semusim sekitar Rp60 miliar. Artinya, kerugian akibat kerusuhan di Sidoarjo bisa menutupi seperempat kebutuhan tim satu musim.
Terkait dengan turunnya SK Komdis PSSI, Persebaya saat ini tengah mengirimkan permohonan banding. Selanjutnya, seusai regulasi, ada waktu 7 hari untuk menyiapkan memori banding.
“Untuk alasannya, nanti akan ketemu tim legal untuk siapkan memori bandingnya. Yang jelas, kita minta pengurangan hukuman. Bagian dari spirit sanksi sebagai proses edukasi,” jelas Ram.
Sebelumnya saat Presiden Persebaya, Azrul Ananda, saat mengumumkan pengunduran diri di depan Bonek dia menyampaikan bahwa masa depan klub tergantung suporternya.
Kerusuhan suporter yang dialami Persebaya tidak hanya sekali ini. Sejak 2017, kerusuhan itu terjadi pada 12 Oktober 2017, ketika Persebaya kalah 0-1 dari Kalteng Putra di GBT pada babak 16 besar Liga 2 Grup C.
Sebelumnya, pada bulan Mei, Bonek juga melakukan demonstrasi agar Iwan Setiawan dipecat setelah kalah dari tuan rumah martapura FC. Pada 2018, mess pemain menjadi sasaran demonstrasi. Bus tim yang sedang mengangkut pemain pulang dari laga away dilempari telur.
Selain itu, pada 2019, Persebaya didemonstrasi setelah kalah dari Arema FC. Kantor Persebaya dan toko-toko Persebaya Store mengalami vandalisme dan digembok suporter yang kecewa.
Di stadion, bahkan terjadi dua kerusuhan selama 2019. Pertama pada 19 Juni ketika Persebaya bermain imbang 1-1 melawan Madura United di babak delapan besar Piala Indonesia. Pertandingan dihentikan beberapa menit sebelum laga berakhir.
Kerusuhan di stadion kedua pada 2019 terjadi pada 29 Oktober. Ketika itu, Persebaya tertinggal 2-3 dari PSS Sleman dalam matchday ke-25. Suporter masuk ke lapangan, melakukan perusakan, dan pembakaran.
Untuk memperbaiki stadion saja, Persebaya menghabiskan lebih dari Rp500 juta saat itu. Plus kena pertandingan usiran tanpa penonton sampai akhir musim. (zaz/hen)
Load more