Masih Ingat Djadjang Nurdjaman? Legenda Sejati Persib Bandung yang Punya Rekor Juara Paling Langka
- instagram.com/djanur_16
tvOnenews.com - Dalam sejarah panjang Persib Bandung, hanya sedikit nama yang memiliki jejak sebesar Djadjang Nurdjaman.
Pria yang akrab disapa Djanur itu bukan hanya pemain hebat pada era 1980–1990, tetapi juga pelatih yang sukses mengantar Persib meraih berbagai gelar prestisius.
Tak berlebihan bila Bobotoh menyebutnya sebagai salah satu sosok tersukses dalam sejarah Maung Bandung.
Awal Karier: Dari Kampung ke Kota Bandung
Lahir di Majalengka pada 30 Maret 1964, kecintaan Djanur pada sepak bola muncul sejak kecil.
Meski bertubuh kecil, kelincahannya membuatnya menonjol ketika bermain antar kampung.
Pada usia 17 tahun, ia mengambil keputusan besar: pindah ke Bandung untuk mengejar impiannya.
Keputusan itu terbayar. Ia bergabung dengan klub anggota Persib, lalu naik ke tim senior.
Djanur muda bermain bersama nama besar seperti Herry Kiswanto, Encas Tonif, dan Max Timisela.
Berposisi sebagai gelandang serang sekaligus sayap kanan, ia terkenal karena kecepatannya yang kerap menyulitkan pertahanan lawan.
Menjadi Pahlawan Persib di Era Perserikatan
Setelah sempat merasakan Galatama bersama Sari Bumi Raya Bandung, SBR Yogyakarta, dan Mercu Buana Medan, Djanur kembali ke Persib pada 1985. Di sinilah namanya benar-benar harum.
Musim 1986 menjadi momen paling ikonik. Pada final Kompetisi Perserikatan melawan Perseman Manokwari di Stadion Utama Senayan, gol tunggal Djanur pada menit ke-77 mengantar Persib meraih gelar yang telah dinanti selama 25 tahun.
Ia dielu-elukan puluhan ribu bobotoh. Di mana momen ini selalu ia sebut sebagai salah satu yang paling berkesan dalam hidupnya.
Ia juga berperan pada gelar-gelar berikutnya, termasuk Perserikatan 1990 dan beberapa kontribusi penting menjelang Liga Indonesia.
Dari Lapangan ke Pinggir Lapangan
Usai gantung sepatu, Djanur tetap bersama dunia sepak bola.
Ia mulai sebagai asisten pelatih Indra M. Thohir dan langsung merasakan gelar juara Liga Indonesia I 1994–1995.
Ia juga sempat mendampingi Arcan Iurie pada 2006–2007.
Djanur kemudian membina Persib Junior, sebelum berpengalaman sebagai asisten dan pelatih di Pelita Jaya, di mana ia sempat menyelamatkan tim dari degradasi pada 2011.
Era Keemasan Sebagai Pelatih Persib
- Persib Bandung
Pada 2012, manajemen Persib menunjuk Djanur sebagai pelatih kepala. Butuh dua tahun hingga buah kerja kerasnya terlihat nyata.
Pada 2014, Persib yang dipimpinnya menjadi juara Indonesia Super League (ISL) setelah menanti 19 tahun.
Di tahun berikutnya, Djanur kembali mempersembahkan gelar melalui Piala Presiden 2015.
Prestasi ini mengukuhkan satu rekor unik, yakni Djanur menjadi sosok yang berhasil membawa Persib juara sebagai pemain, asisten pelatih, dan pelatih kepala.
Sebuah pencapaian langka dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Ia juga membawa Persib melangkah ke babak 16 besar AFC Cup hingga liga sempat vakum akibat pembekuan PSSI.
Pada medio 2016, Djanur menimba ilmu kepelatihan di Inter Milan selama beberapa bulan sebelum kembali ke Persib.
Ia kemudian mundur pada 2017 karena tekanan besar setelah kekalahan dari Mitra Kukar.
Melanjutkan Karier: PSMS, Persebaya, Barito, dan Akhirnya Kembali ke 'Rumah'
Selepas dari Persib, Djanur menukangi PSMS Medan dan mengantar klub tersebut promosi ke Liga 1.
Ia juga sempat menangani Persebaya dan Barito Putera.
Namun takdir membawanya pulang.
Pada 2025, Persib resmi menunjuk Djadjang Nurdjaman sebagai Direktur Teknik, sebuah posisi strategis di luar tim utama yang berfokus pada pembinaan pemain muda dan penguatan fondasi jangka panjang klub.
Manajemen menilai pengetahuannya tentang kultur sepak bola Bandung tak tertandingi, sesuatu yang tak bisa dimiliki oleh banyak pelatih luar.
Sebagai direktur teknik, Djanur bertanggung jawab menyusun kurikulum pembinaan, mencari talenta potensial, hingga memastikan regenerasi Maung Bandung terjaga.
(tsy)
Load more