Masih Ingat Anang Ma’ruf? Bek Tangguh Persija dan Persebaya itu Kini Banting Setir Jadi Tukang Ojek Online
- YouTube / pinggir lapangan
tvOnenews.com - Tidak semua mantan pesepak bola merasakan hidup serba berkecukupan setelah pensiun. Kisah hidup Anang Ma’ruf menjadi salah satu bukti bahwa gemerlap lapangan hijau tidak selalu menjamin kenyamanan di masa tua.
Mantan bek Timnas Indonesia itu kini menjalani profesi sebagai pengemudi ojek online untuk menafkahi keluarganya.
Anang Ma’ruf mungkin tak lagi familiar di telinga generasi baru, namun para pecinta sepak bola era 1990–an pasti mengenalnya sebagai salah satu fullback terbaik Indonesia.
- Kolase tvOnenews.com | Istimewa
Lahir di Surabaya pada 28 Mei 1976, Anang memulai karier profesionalnya di Persebaya Surabaya.
Performa mantapnya di lini belakang membuat namanya cepat melambung, hingga ia mencatat lebih dari 100 penampilan bersama Bajul Ijo antara 1994 hingga 1999 dan ikut mempersembahkan gelar Liga Indonesia 1996/1997.
Setelah itu, Anang melanjutkan karier dengan membela Persija Jakarta. Di klub Macan Kemayoran, ia kembali mencicipi kesuksesan dengan menjadi bagian dari tim yang menjuarai Liga Indonesia musim 2001.
Ketangguhannya menjadikannya pilihan utama baik di level klub maupun Timnas.
Kariernya di Timnas Indonesia pun terbilang gemilang. Ia ikut menyumbang medali perak di SEA Games 1997 dan perunggu di SEA Games 1999.
Namun sebelum mencapai masa keemasan itu, Anang telah mencicipi pengalaman berharga di luar negeri.
Pada 1993–1994, ia menjadi salah satu pemain yang dikirim PSSI dalam program Primavera di Italia bersama nama-nama lain seperti Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Yeyen Tumena.
Di Negeri Pizza, ia mendapat pelatihan sepak bola modern dengan standar akademi yang jauh lebih maju dibanding Indonesia kala itu.
Anang bahkan mengikuti kelas bahasa Italia tiga kali seminggu untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan dan pelatih.
Pengalamannya semakin spesial karena ia sempat berhadapan dengan pemain-pemain muda yang kemudian menjadi bintang dunia, seperti Alessandro Nesta, Fabio Cannavaro, Gianluca Zambrotta, Francesco Totti hingga Alessandro Del Piero.
Bahkan, ia sempat mendapat tawaran magang dari Sampdoria, namun memutuskan pulang dan melanjutkan karier di tanah air.
Sayangnya, masa pensiun tidak berjalan semanis kariernya di lapangan.
Setelah gantung sepatu pada 2013, Anang sempat berinvestasi di Bali, namun usaha tersebut gagal dan membuat tabungannya hampir habis.
Dalam kondisi sulit, ia tetap bertahan dan mencari penghasilan dari pekerjaan yang ada, termasuk melatih di sekolah sepak bola hingga menerima bayaran dari pertandingan antar kampung.
Namun yang paling menjadi perhatian publik adalah keputusan Anang menjadi sopir ojek online.
Meski sempat mengejutkan banyak orang, Anang menjalani profesi itu dengan lapang dada.
Baginya, bekerja keras untuk keluarga adalah pilihan terhormat, apa pun bidangnya.
Kisahnya kemudian terdengar hingga ke pemerintah kota Surabaya.
Wali Kota Tri Rismaharini saat itu menarik Anang untuk bertugas di Dinas Pemuda dan Olahraga, mengawasi berbagai fasilitas olahraga, termasuk Stadion Gelora 10 November, stadion yang dulu menjadi bagian penting perjalanan kariernya.
Selain itu, ia juga didorong untuk mengantongi lisensi kepelatihan hingga akhirnya dipercaya melatih Bhayangkara U-16.
Di sana, ia berhasil membawa tim asuhannya melaju hingga final Elite Pro Academy U-16 pada 2019.
Hidup Anang Ma’ruf mungkin tidak berakhir dengan kemewahan, namun justru di situlah letak inspirasinya.
Dari menimba ilmu di Italia bersama calon legenda dunia, hingga kembali sederhana mencari nafkah demi keluarga, ia tetap menjadi figur rendah hati yang menunjukkan bahwa kehidupan setelah sepak bola adalah perjalanan baru yang harus dihadapi tanpa menyerah. (tsy)
Load more