tvOnenews.com - Mantan Ketua Umum Jakmania, Ferry Indrasjarief angkat suara usai pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll menjadi sorotan karena menahan Rizky Ridho ke timnas U-23.
Kapten timnas U-23 itu tak berpartisipasi di ajang Piala AFF U-23 yang berlangsung di Thailand mulai Jumat (18/8/2023).
Bung Ferry, sapaannya, mengunggah pernyataan dengan judul "Apakah Nasionalisme dan Profesionalisme Bisa Berjalan Beriringan?" dalam laman Instagramnya pada Kamis (17/8/2023)
Bung Ferry mengakui bahwa ada perubahan polemik pemanggilan timnas saat ini. Dimana awalnya pertanyaan soal pemain yang dipanggil, kini bergeser ke penahanan pemain.
"Permasalahan klise kembali muncul dengan mengatakan jadwal kompetisi di tanah air yang tidak tersusun rapih membuat sering terjadi benturan antara kepentingan klub dengan nasional," kata Ferry dari akun Instagram resminya.
"Tapi semua itu tidak akan memanas bila tidak ada ada tudingan soal Nasionalisme," lanjut Ferry.
Ferry kemudian membahas soal definisi nasionalisme yang kemudian menyebut soal kuota enam pemain asing untuk klub Liga 1.
Menurutnya, Osvaldo Hay, Irfan Bachdim, Ruben Sanadi dan Zulfiandi yang gagal mendapatkan klub musim ini seharusnya tak terjadi.
"Bukankah lebih baik kita memberikan kesempatan seluasnya buat aset bangsa itu untuk bertarung dalam kompetisi Liga 1 yang harusnya menjadi pentas sepak bola nasional?" kata Bung Ferry.
Bung Ferry pun menyenggol timnas senior yang diisi oleh pemain naturalisasi. Dia mengaku tak yakin pemain naturalisasi itu berjiwa nasionalis.
Bung Ferry turut kembali mengingatkan bahwa Liga 1 sebagai cara sehat menyaring pemain terbaik untuk timnas.
"Boro-boro mikirin kompetisi dalam negeri menjadi lebih baik, malah prestasi instan yang diinginkan. Sejauh ini, prestasi yang diinginkan juga kunjung datang," tegas Bung Ferry.
Tak berhenti disana, Bung Ferry pun menekankan standar ganda soal regulasi FIFA. Termasuk ketika FIFA disebut sebagai tameng untuk larangan suporter tandang.
"Tapi ketika ada pemain yang ditahan karena kompetisi sedang berjalan ketat, tudingan nasionalisme malah ramai dibicarakan. Sampai harus bikin video pendapat seorang tukang becak bicara nasionalisme. Lebay ah," tulis Bung Ferry.
Bung Ferry menekankan bahwa nasionalisme itu sesuatu yang abstrak. Bisa saja nasionalisme luntur hanya karena menggunakan pakaian Eroopa atau menonton Liga Eropa.
Bung Ferry kemudian membahas soal Persija. Nama seperti Atep dan M. Robbi di awal 2000-an sempat tak bisa memperkuat Persija selama satu musim penuh karena timnas.
"Praktis Persija bayar mahal mereka tapi hanya sedikit peluang untuk mendapatkan jasa mereka. Harusnya pemain yang sudah masuk tim nasional senior tidak usah lagi dipanggil ke junior," kata Bung Ferry.
Bung Ferry mengakui seharusnya timnas bisa mengoptimalkan pemain lain sehingga klub tetap bisa bersaing di kompetisi.
"Kalau dibalik gimana? Seorang STY punya gudang pemain yang jauh lebih besar daripada pelatih klub. Bila 1-2 orang tidak memenuhi panggilan, masa sih dia tidak mampu menggunakan pemain lain agar Tim Nasional tetap tangguh?" tanya Bung Ferry.
Bung Ferry mengakui penyakit yang ada dalam pemanggilan timnas ini adalah komunikasi dan prioritas prestasi.
Bung Ferry mengingatkan sudah seharusnya program timnas didiskusikan dengan pemilik klub dan pelatih soal target timnas yang ingin dicapai.
"Dari sana baru kita bisa menyusun jadwal kompetisi agar tidak berbenturan dengan target yang diinginkan," kata Bung Ferry.
"Ketika semua sudah dikomunikasikan dengan baik, tidak ada lagi perdebatan di muka publik, tidak ada lagi ancam mengancam dan tidak ada lagi yang merasa paling nasionalis. Kemampuan seseorang berkomunikasi menggambarkan tingkat intelektual orang tersebut," kata Bung Ferry. (hfp)
Load more