Media Vietnam 'Tertawa' dengar Mimpi China ke Piala Dunia 2026 Lewat Jalur Belakang, FIFA Beri Respons Tak Terduga
- AFC
Jakarta, tvOnenews.com - Media Vietnam, thethao menyoroti klaim koran China yang menyebut Tim Naga bisa ke Piala Dunia 2026 lewat jalur belakang, ketika Iran dilarang tampil oleh FIFA.
Thethao menyoroti pernyataan media China, Sohu yang menyebut Timnas China bisa berpartisipasi ke Piala Dunia 2026 dengan melihat situasi politik di Timur Tengah.
"Sohu memposting komentar bahwa China dapat "dibuka" untuk berpartisipasi dalam Piala Dunia 2026 jika Iran tidak dapat berpartisipasi," tulis thethao dilansir Selasa (24/6/2025).
Sohu menegaskan, China sepenuhnya mampu menggantikan Iran jika FIFA memutuskan untuk mengecualikan tim Asia Barat dari turnamen tahun depan karena ketegangan politik.
"Surat kabar itu bahkan membandingkan kasus Iran dengan penangguhan Rusia dari Piala Dunia 2022 oleh FIFA," tambahnya.
Sohu menilai China sebagai kandidat paling layak untuk menggantikan posisi Iran di turnamen bergengsi empat tahunan tersebut.
"Iran memang telah mengamankan tiket ke Piala Dunia, tetapi jika FIFA mengambil keputusan ekstrem untuk mengecualikan mereka, China memiliki kapasitas penuh untuk menggantikan," tulis Sohu, membandingkan kemungkinan skenario ini dengan penangguhan Rusia dari Piala Dunia 2022.
Iran saat ini berstatus sebagai salah satu wakil Asia yang lolos langsung ke Piala Dunia 2026 setelah menjuarai Grup A pada babak ketiga kualifikasi zona Asia.
Tim Melli mengoleksi 23 poin dari 10 pertandingan, unggul dari para pesaingnya.
Sebaliknya, China finis di peringkat kelima Grup C dengan hanya mengumpulkan 9 poin—hasil yang membuat mereka gagal melaju ke fase berikutnya.
Meski demikian, Sohu menggarisbawahi bahwa berdasarkan peringkat FIFA per April 2025, China berada di posisi ke-94 dunia, tertinggi di antara tim-tim Asia yang gagal melaju dari babak ketiga.
Posisi tersebut diklaim membuat China lebih layak dipertimbangkan dibanding Palestina atau Bahrain.
Namun Sohu juga mengakui Palestina mencatatkan performa yang lebih baik di kualifikasi, dengan 10 poin dan posisi kelima di Grup B—unggul satu poin dari China.
"Secara teori, China bisa menjadi pilihan logis jika FIFA harus melakukan penggantian. Namun, peluang ini sangat kecil dan sepenuhnya bergantung pada pertimbangan FIFA," tulis Sohu, seraya menyebut kemungkinan tersebut sebagai "mimpi dalam kehidupan nyata."
Load more