News Bola Daerah Sulawesi Sumatera Jabar Banten Jateng DI Yogya Jatim Bali

Konflik Rusia Vs Ukraina dan Nasib Pahit di Persimpangan Jalan

Tahun 2025 menjadi titik balik yang suram bagi Ukraina. Pasalnya, tiga tahun setelah invasi skala penuh Rusia, narasi kepahlawanan "Daud melawan Goliat" yang sempat membakar semangat Barat kini perlahan meredup, digantikan oleh kalkulasi dingin realpolitik. 
Senin, 29 Desember 2025 - 23:08 WIB
Asap membubung ke langit di Kiev, Ukraina (27/2/2022).
Sumber :
  • Antara

Penulis: Jeremy Lawrence Simanjuntak, Mahasiswa Program Sarjana Departemen Ilmu Politik, FISIP-Universitas Indonesia.

Disclaimer: Artikel ini telah melalui proses editing yang dipandang perlu sesuai kebijakan redaksi tvOnenews.com. Namun demikian seluruh isi dan materi artikel opini sepenuhnya tanggung jawab penulis.

ADVERTISEMENT

GULIR UNTUK LANJUT BACA

Jakarta, tvOnenews.com - Tahun 2025 menjadi titik balik yang suram bagi Ukraina. Pasalnya, tiga tahun setelah invasi skala penuh Rusia, narasi kepahlawanan "Daud melawan Goliat" yang sempat membakar semangat Barat kini perlahan meredup, digantikan oleh kalkulasi dingin realpolitik. 

Di garis depan, parit-parit pertahanan tidak lagi menjadi saksi serangan balik yang heroik, melainkan kuburan massal bagi ambisi reconquista (pengambilalihan kembali) wilayah. 

Kenyataan di lapangan semakin tak terbantahkan; Ukraina berada di bawah tekanan eksistensial yang memaksanya menelan pil pahit, yaitu terkait dengan adanya potensi penyerahan sebagian wilayahnya ke pihak Rusia demi menjadi keberlangsungannya sebagai negara secara eksistensial. 

Perspektif Geopolitik: Retaknya "Benteng Barat" dan Kelelahan Aliansi

Di awal konflik, Barat bersatu di bawah premis bahwa "Ukraina harus menang" demi menjaga tatanan dunia berbasis aturan (rules-based order). Namun, dinamika 2024-2025 menunjukkan bahwa persatuan ini memiliki batas kedaluwarsa.

Hantu "Ukraine Fatigue" dan Faktor Elektoral

Tekanan terbesar bagi Kyiv tidak datang dari Moskow, melainkan dari Washington dan Brussels. Fenomena Ukraine Fatigue (kelelahan terhadap isu Ukraina) telah bermetamorfosis dari sekadar wacana publik menjadi kebijakan negara. 

Di Amerika Serikat, polarisasi politik domestik telah menyandera bantuan militer. Survei Gallup terbaru pada 2025 menunjukkan angka yang mengejutkan; persetujuan rakyat Ukraina terhadap kepemimpinan AS anjlok drastis menjadi hanya 16%, sebuah indikator betapa rakyat Ukraina merasa ditinggalkan oleh sekutu utamanya. 

Narasi di koridor kekuasaan Barat telah bergeser dari "mendukung Ukraina selama yang dibutuhkan" (as long as it takes) menjadi "mendukung selama kami mampu" (as long as we can). 

Pergantian kepemimpinan dan naiknya sentimen isolasionisme di AS memaksa Eropa untuk berpikir realistis: mereka tidak memiliki kapasitas industri militer untuk menopang perang intensitas tinggi sendirian tanpa payung logistik Amerika.

Rusia dan Konsolidasi "Global South"

Sebaliknya, Rusia di bawah Vladimir Putin berhasil memainkan kartu geopolitiknya dengan cerdik. Alih-alih terisolasi total, Moskow berhasil membangun lifeline ekonomi dan diplomatik melalui BRICS+ dan kemitraan strategis dengan "Global South" (Selatan Global). 

Dengan menarasikan perang ini sebagai perlawanan terhadap hegemoni Barat, Rusia mengamankan dukungan, atau setidaknya netralitas, dari kekuatan besar seperti India, Tiongkok, dan Brasil. 

Secara geopolitik, Rusia telah berhasil mengubah status wilayah pendudukan (Donbas, Zaporizhzhia, Kherson) menjadi fait accompli (fakta yang tak terelakkan). 

Bagi Kremlin, wilayah ini bukan sekadar tanah, melainkan zona penyangga (buffer zone) vital untuk menjauhkan infrastruktur NATO dari perbatasan intinya. 

Perspektif Strategi Keamanan: Kegagalan Perang Atrisi dan Jebakan Teknologi

Jika geopolitik adalah tentang niat, strategi keamanan adalah tentang kapabilitas. Di sinilah Ukraina menghadapi dinding tebal yang sulit ditembus.

Kegagalan Doktrin Serangan Balik

Harapan bahwa senjata canggih Barat (seperti tank Leopard atau jet F-16) akan menjadi "peluru perak" yang mengubah jalannya perang telah pupus. Perang di Ukraina telah membuktikan dominasi pertahanan atas penyerangan. 

Garis Surovikin, jaringan parit, ladang ranjau, dan benteng pertahanan Rusia, terbukti hampir mustahil ditembus tanpa keunggulan udara total, sesuatu yang tidak pernah dimiliki Ukraina.

Revolusi Drone dan Transparansi Medan Perang

Kita menyaksikan era baru peperangan di mana "kejutan taktis" menjadi mustahil. Dengan langit yang dipenuhi drone pengintai, setiap konsentrasi pasukan Ukraina yang mencoba berkumpul untuk serangan langsung terdeteksi dan dihancurkan oleh artileri Rusia dalam hitungan menit. 

Hal ini memaksa perang kembali ke bentuk paling purba dan brutal: perang atrisi (pengurasan tenaga). 

Dalam matematika perang atrisi, negara dengan populasi lebih besar (Rusia, sekitar 140 juta jiwa) dan kedalaman strategis lebih luas hampir selalu menang melawan negara yang lebih kecil (Ukraina, sekitar 30 juta tersisa). 

Rusia mampu menukar "darah dengan tanah" pada rasio yang tidak mampu ditanggung oleh demografi Ukraina yang menyusut.

Opsi Nuklir dan Batas Eskalasi

Strategi keamanan Barat juga terbelenggu oleh ketakutan akan eskalasi nuklir. Doktrin keamanan Rusia secara eksplisit mengizinkan penggunaan senjata nuklir taktis jika integritas teritorialnya (yang kini mencakup wilayah yang dianeksasi) terancam. 

Hal ini menciptakan batas tak terlihat bagi bantuan Barat, memberi Ukraina cukup senjata untuk bertahan, tapi tidak cukup untuk menang telak, karena kemenangan telak Ukraina dianggap sebagai ancaman eksistensial bagi rezim Putin yang bisa memicu kiamat nuklir.

Perspektif Ekonomi Politik: Kehancuran Basis Material dan Ongkos Kedaulatan

Perang modern tidak hanya dimenangkan oleh keberanian prajurit, tetapi oleh ketahanan ekonomi. Di sektor ini, kesenjangan antara Rusia dan Ukraina semakin melebar, menciptakan tekanan tak tertahankan bagi Kyiv untuk mencari jalan keluar.

Ekonomi Ukraina: Negara dalam Inkubator

Secara fungsional, ekonomi Ukraina telah lumpuh. Dengan hilangnya wilayah industri Donbas (yang dulunya menyumbang porsi besar PDB) dan blokade parsial di Laut Hitam, Ukraina kehilangan kemampuan untuk membiayai dirinya sendiri.

Defisit Anggaran Kronis

Hampir seluruh gaji pegawai negeri, guru, dan dokter di Ukraina kini dibayar oleh bantuan dana asing (UE dan AS). Jika keran ini ditutup, negara akan bangkrut dalam hitungan minggu.

Krisis Energi

Serangan sistematis Rusia terhadap infrastruktur energi telah menghancurkan lebih dari 60% kapasitas produksi listrik dan gas Ukraina. Ini bukan hanya soal lampu padam; ini berarti industri tidak bisa beroperasi, dan biaya rekonstruksi membengkak ke angka ratusan miliar dolar yang entah siapa yang akan membayarnya.

Demografi yang Hilang

Lebih dari 9 juta warga Ukraina mengungsi, dan banyak dari mereka adalah tenaga kerja produktif yang mungkin tidak akan pernah kembali. Kehilangan sumber daya manusia ini adalah pukulan ekonomi jangka panjang yang lebih mematikan daripada kehilangan wilayah.

Paradoks Ekonomi Perang Rusia

Di sisi lain, Rusia menunjukkan resiliensi yang mengejutkan. Sanksi Barat gagal meruntuhkan ekonominya. Moskow menerapkan "Keynesianisme Militer", di mana pengeluaran negara besar-besaran untuk pabrik senjata justru memacu pertumbuhan PDB dan menekan pengangguran. 

Meski menghadapi risiko inflasi dan resesi jangka panjang di tahun 2025, dalam jangka pendek, Rusia memiliki cukup uang (dari penjualan minyak ke Asia) untuk membiayai perang selama beberapa tahun lagi. 

Asimetri ketahanan ekonomi ini memaksa Ukraina untuk menyadari bahwa waktu tidak berpihak pada mereka.

Menuju "Skenario Korea": Tanah Ditukar Keamanan?

Berdasarkan ketiga perspektif di atas, narasi "kemenangan total" (mengembalikan perbatasan 1991) kini dipandang oleh banyak analis sebagai utopia. Tekanan geopolitik, kebuntuan militer, dan kehancuran ekonomi mendorong Ukraina ke satu arah: Negosiasi. 

Wacana yang berkembang di koridor diplomasi, termasuk dalam proposal perdamaian yang didorong oleh faksi tertentu di AS adalah model "Land for Security" atau sering disebut "Skenario Korea". 

Dalam skenario ini, terdapat beberapa opsi, antara lain Gencatan Senjata: Garis depan saat ini akan membeku menjadi perbatasan de facto baru, mirip dengan Demilitarized Zone (DMZ) di Semenanjung Korea.

Penyerahan Wilayah: Ukraina secara praktis (meski mungkin tidak secara hukum/di jure) harus merelakan Krimea dan Donbas tetap di bawah kendali Rusia.

Jaminan Keamanan: Sebagai gantinya, sisa wilayah Ukraina (yang "bebas") akan mendapatkan jaminan keamanan yang "kebal besi" dari Barat, dan potensi percepatan keanggotaan Uni Eropa, untuk mencegah agresi Rusia di masa depan.

Ini adalah pil yang sangat pahit. Bagi rakyat Ukraina, ini terasa seperti pengkhianatan terhadap pengorbanan ribuan nyawa.

Namun, dari kacamata strategi, ini mungkin satu-satunya cara untuk menyelamatkan eksistensi negara Ukraina agar tidak tergerus habis menjadi failed state yang hancur total.


Militer Ukraina. (Foto: Antara)

Kesimpulan

Konflik Rusia-Ukraina mengajarkan pelajaran brutal tentang batas kekuatan tekad di hadapan realitas material.

Ukraina tertekan bukan karena kurangnya keberanian, melainkan karena konvergensi faktor geopolitik (kelelahan Barat), strategi keamanan (keunggulan atrisi Rusia), dan ekonomi (kehancuran basis industri).

Dunia kini sedang menyaksikan pergeseran dari idealisme 2022 menuju realisme 2025.

ADVERTISEMENT

GULIR UNTUK LANJUT BACA

Pilihan bagi Ukraina kini bukan lagi antara "menang atau kalah", melainkan antara "kehilangan sebagian wilayah untuk menyelamatkan masa depan" atau "mempertaruhkan segalanya dengan risiko kehilangan segalanya".

Sebuah dilema tragis yang menjadi penanda suramnya tatanan dunia baru. 

Komentar

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

Jangan Lewatkan

Kaleidoskop 2025: Satu per Satu Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia Hijrah ke Super League

Kaleidoskop 2025: Satu per Satu Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia Hijrah ke Super League

Sepanjang 2025, pemain naturalisasi Timnas Indonesia satu per satu memilih hijrah ke Super League.
Misteri Tewasnya Pensiunan Guru di Sumbar, Reza Indragiri Soroti Polisi Makin Lamban Tangani Pembunuhan

Misteri Tewasnya Pensiunan Guru di Sumbar, Reza Indragiri Soroti Polisi Makin Lamban Tangani Pembunuhan

Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel mengungkap sejumlah catatan kritis terkait penanganan kasus pembunuhan pensiunan guru berinisial LI (61) yang ditemukan tewas di Jorong Talago, Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat.
JIS Contek Rahasia Stadion Singapura: Siapkan "Kebun" Rumput Sendiri Demi Persija

JIS Contek Rahasia Stadion Singapura: Siapkan "Kebun" Rumput Sendiri Demi Persija

Jakarta International Stadium (JIS) sedang menyiapkan langkah besar untuk memastikan stadion megah tersebut bisa menjadi markas permanen Persija Jakarta di kasta tertinggi liga Indonesia. 
Bukan Lagi Perubahan Iklim, Wakil Ketua MPR Sebut Indonesia Sudah Masuk Fase Krisis Iklim

Bukan Lagi Perubahan Iklim, Wakil Ketua MPR Sebut Indonesia Sudah Masuk Fase Krisis Iklim

Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno mengatakan, Indonesia saat ini tidak lagi berada di fase perubahan iklim, melainkan sudah memasuki krisis iklim.
ISESS Desak Polisi Transparan Ungkap Kematian Pensiunan Guru di Sumbar

ISESS Desak Polisi Transparan Ungkap Kematian Pensiunan Guru di Sumbar

Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto, mendesak polisi terbuka dalam menangani kasus kematian pensiunan guru berinisial LI (61) di Jorong Talago, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat.
Kronologi Detik-detik Terjadinya Kecelakaan Tragis Anthony Joshua: Tewaskan Dua Orang Penumpang

Kronologi Detik-detik Terjadinya Kecelakaan Tragis Anthony Joshua: Tewaskan Dua Orang Penumpang

Mantan juara dunia tinju kelas berat, Anthony Joshua, terlibat kecelakaan mobil mengerikan di Nigeria.

Trending

Ramalan Keuangan Zodiak Besok, 31 Desember 2025: Libra Seimbang, Aquarius Waspada

Ramalan Keuangan Zodiak Besok, 31 Desember 2025: Libra Seimbang, Aquarius Waspada

​​​​​​​Ramalan keuangan zodiak besok 31 Desember 2025 dari Aries hingga Pisces, lengkap dengan nasihat keuangan, angka hoki, dan peluang cuan akhir tahun.
20 Ucapan Selamat Tahun Baru 2026 dalam Bahasa Inggris dan Terjemahannya, Pas untuk Dikirim ke Teman Dekat

20 Ucapan Selamat Tahun Baru 2026 dalam Bahasa Inggris dan Terjemahannya, Pas untuk Dikirim ke Teman Dekat

​​​​​​​20 ucapan Selamat Tahun Baru 2026 dalam bahasa Inggris dan terjemahannya, cocok dikirim ke teman dekat sebagai pesan hangat penuh harapan di awal tahun.
Breaking News: Anthony Joshua Terlibat Kecelakaan Mobil Tragis di Nigeria

Breaking News: Anthony Joshua Terlibat Kecelakaan Mobil Tragis di Nigeria

Anthony Joshua mengalami kecelakaan mobil di egara Bagian Ogun, Nigeria.
Cabut Laporan, Inara Lebih Pilih Pertahankan Rumah Tangganya dengan Insanul Fahmi: Sebagai Istri, Saya Harus Patuh

Cabut Laporan, Inara Lebih Pilih Pertahankan Rumah Tangganya dengan Insanul Fahmi: Sebagai Istri, Saya Harus Patuh

Influencer, Inara Rusli resmi mencabut laporan dugaan penipuan pernikahan terhadap Insanul Fahmi.
Ramalan Shio Rabu, 31 Desember 2025: Keuangan, Angka Keberuntungan Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi

Ramalan Shio Rabu, 31 Desember 2025: Keuangan, Angka Keberuntungan Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi

​​​​​​​Ramalan shio Rabu 31 Desember 2025 membahas keuangan dan angka keberuntungan shio Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi. Simak selengkapnya!
Kronologi Detik-detik Terjadinya Kecelakaan Tragis Anthony Joshua: Tewaskan Dua Orang Penumpang

Kronologi Detik-detik Terjadinya Kecelakaan Tragis Anthony Joshua: Tewaskan Dua Orang Penumpang

Mantan juara dunia tinju kelas berat, Anthony Joshua, terlibat kecelakaan mobil mengerikan di Nigeria.
Basis Korps Jakarta dan Bakti Sosial 2025, Taruna Akpol Angkatan 58-60 Santuni Ratusan Warga dan Anak Yatim

Basis Korps Jakarta dan Bakti Sosial 2025, Taruna Akpol Angkatan 58-60 Santuni Ratusan Warga dan Anak Yatim

Pelaksanaan Basis Korps diisi dengan berbagai aktivitas kebersamaan yang bertujuan menanamkan nilai solidaritas, disiplin, dan tanggung jawab di antara Taruna dan Taruni Akpol.
Selengkapnya

Viral

ADVERTISEMENT