Trauma Masa Lalu dan Hal yang Wajib Diperhatikan
- Freepik
Penulis: Rr. Keiko Maheswari, M. Dhiemas Arya
Memelihara hewan peliharaan memang menyenangkan dan bermanfaat untuk kesehatan mental.
Namun, jika seseorang terlalu dekat secara emosional dengan hewan peliharaannya, ini bisa jadi tanda ada masalah dalam hubungan dengan orang lain.
Banyak orang merasa lebih nyaman berbagi cerita dengan kucing atau anjing peliharaan mereka daripada dengan keluarga atau teman.
Hewan peliharaan tidak menghakimi, selalu setia, dan memberikan kenyamanan tanpa syarat.
Namun ternyata, kelekatan berlebihan ini bisa menjadi sinyal bahwa ada yang perlu diperhatikan.
Susah Percaya Orang Lain
Survei terhadap 610 pemilik anjing di Jerman menemukan hal menarik. Orang yang sangat dekat dengan anjing peliharaannya ternyata cenderung mengalami masalah kesehatan mental lebih berat.
Bukan karena anjingnya berbahaya, tapi karena mereka punya masalah dalam berhubungan dengan manusia.
Mereka yang sangat terikat dengan hewan peliharaan biasanya susah mempercayai orang lain atau takut ditinggalkan. Mereka merasa lebih aman dengan hewan peliharaan daripada dengan manusia.
Akar masalahnya sering berawal dari masa kecil yang kurang mendapat perhatian atau kasih sayang dari orang tua atau pengasuh.
Pelarian dari Luka Masa Kecil
Anak-anak yang pernah mengalami kekerasan, diabaikan, atau kehilangan orang yang dicintai empat kali lebih mungkin merasa aman dengan hewan peliharaan dibandingkan dengan orang dewasa yang seharusnya merawat mereka.
Bagi mereka, hewan peliharaan menjadi tempat berlindung yang lebih bisa diandalkan.
Mahasiswa perempuan yang mengalami penelantaran saat kecil juga menunjukkan kedekatan lebih kuat dengan hewan peliharaan mereka.
Mereka mencari di hewan peliharaan apa yang tidak mereka dapatkan dari manusia: perhatian, kehangatan, dan kesetiaan tanpa syarat.
Bahkan pada anak-anak yang susah bergaul atau trauma, kehadiran anjing terapi memberikan efek lebih baik dibandingkan kehadiran orang dewasa yang ramah sekalipun.
Ini menunjukkan bahwa hewan bisa menjadi jembatan emosional bagi mereka yang kesulitan berinteraksi dengan manusia.
Bukan Berarti Tidak Boleh Sayang pada Hewan
Perlu dipahami bahwa sayang pada hewan peliharaan itu wajar dan sehat.
Yang menjadi masalah adalah ketika seseorang hanya bisa merasa aman dan nyaman dengan hewan peliharaan, sementara dengan manusia selalu merasa cemas, takut, atau tidak percaya.
Bagi orang yang tidak punya masalah dalam berhubungan dengan sesama manusia, memelihara hewan tetap memberikan manfaat positif.
Mereka bisa menikmati kehadiran hewan peliharaan tanpa menjadikannya satu-satunya sumber dukungan emosional.
Namun bagi mereka yang punya trauma atau kesulitan bergaul, hewan peliharaan sering menjadi pengganti untuk kebutuhan emosional yang seharusnya juga dipenuhi lewat hubungan dengan manusia. Ini yang perlu diwaspadai.
Tanda-Tanda yang Perlu Diperhatikan
Beberapa tanda bahwa kelekatan dengan hewan peliharaan mungkin berlebihan:
- Lebih suka bercerita pada hewan peliharaan daripada pada manusia
- Merasa hanya hewan peliharaan yang benar-benar mengerti diri sendiri
- Susah mempercayai atau bergantung pada orang lain
- Takut berlebihan ditinggalkan atau tidak dicintai
- Menghindari hubungan dekat dengan manusia
Jika mengalami hal-hal di atas, bukan berarti harus menjauhkan diri dari hewan peliharaan.
Yang diperlukan adalah bantuan profesional untuk membangun kemampuan berhubungan yang lebih sehat dengan sesama manusia.
Psikolog atau konselor bisa membantu memahami dari mana akar masalah ini berasal dan bagaimana cara mengatasinya.
Hewan peliharaan tetap bisa menjadi teman yang menyenangkan, tapi tidak seharusnya menjadi satu-satunya tempat mencari dukungan emosional.
Memahami hubungan kita dengan hewan peliharaan bisa menjadi jendela untuk melihat pola hubungan kita dengan manusia.
Dan dengan pemahaman ini, kita bisa mencari bantuan yang tepat untuk hidup yang lebih seimbang dan bahagia.
Daftar Pustaka
Lass-Hennemann, J., Schäfer, S. K., Sopp, M. R., & Michael, T. (2022). The relationship between attachment to pets and mental health: The shared link via attachment to humans. BMC Psychiatry, 22(586). https://doi.org/10.1186/s12888-022-04199-1.
Tentang Penulis:
Rr. Keiko Maheswari, yang akrab disapa Keiko, adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan peminatan Public Relations di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Ia perempuan berusia 20 tahun yang memiliki ketertarikan mendalam pada dunia tulis-menulis sejak kecil.
Passion-nya terhadap interaksi manusia dan komunikasi mendorongnya untuk mengeksplorasi berbagai bentuk narasi, baik dalam konteks profesional maupun kreatif.
Melalui tulisan, Keiko berupaya membangun jembatan komunikasi yang jelas dan bermakna dengan pembaca.
M. Dhiemas Arya, yang akrab disapa Dimas, adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan peminatan Public Relations di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia yang tengah mengasah kemampuan menulisnya melalui salah satu kelas yang dia ambil.
Bagi Dimas, menulis adalah keterampilan yang terus diasah. Ia melihat menulis sebagai alat penting dalam dunia PR, di mana setiap kata memiliki peran strategis dalam membentuk persepsi dan membangun narasi.
Load more