Kluivert Werd Uiteindelijk Ontslagen, PSSI: "Jangan Salah Lagi..."
- ANTARA/REUTERS/Amr Abdallah Dalsh/am
Penulis: M. Nigara, Wartawan Sepakbola Senior
tvOnenews.com - SETELAH GEMPURAN amat dahsyat dari nitizen dan kelompok suporter. Wabil khusus atas permintaan Presiden Prabowo Subianto untuk melakukan evaluasi, Kluivert werd uiteindelijk ontslagen... (Kluivert akhirnya dipecat), Kamis 15/10/2025).
Langkah cepat ini dilakukan oleh PSSI, tampaknya agar buntut dari kegagalan tim nasional kita di babak-4 Kualifikasi Piala Dunia, Grup B, zona Asia, tidak berlanjut pada hal-hal yang negatif. Jujur, langkah cepat dan tanggap ini sangat jarang dilakukan oleh PSSI.
Jadi, langkah positif ini harus pula diikuti oleh sikap yang lebih berhati-hati saat memilih calon pengganti. Kedepankan kepentingsn ydng jauh lebih besar. Sikap terburu-buru saat memberhentikan Shin Tae-yong dan menunjuk Patrick Kluivert, tidak boleh terjadi lagi.
Jangan Tergesa
Track record pelatih yang ditunjuk, hendaknya menjadi bagian terdepan. Dengan begitu, maka kita yakin sang pelatih akan mampu memberikan sesuatu yang kita harapkan. Itu saja, belum tentu impian kita untuk tampil di Piala Dunia bisa diraih, namun jika semua catatan terbaik sudah tersaji, usaha keras dan peningkatan kualitas sudah terlihat, kesuksesan atau kegagalan, hanyalah nasib.
Kita minimal dua kali gagal, tapi rasa hormat pendukung pada tim tetap begitu tinggi. Sebutlah 1975 tim asuhan Wiel Coerver. Kita gagal dalam laga penentuan untuk ke Olimpiade Montreal 1976. Kalah adu penalti melawan Korea Utara, tapi 100 ribu penonton tak juga bergerak dari kursi mereka di Stadion Utama Senayan. Mereka terus memberi applause kepada para pemain.
Begitu juga saat timnas asuhan Sinyo Aliandu, 1985. Kita dua kali kali dari Korsel, 0-2 di Seoul dan 1-4 di Jakarta untuk menuju Piala Dunia 1986 di Meksiko. Kita lolos dari Sub Grup 3B mengalahkan Thailand, Bangladesh, dan India.
Meski kita gagal, tapi, sekali lagi, applause penonton begitu rupa. Memang belum ada medsos, tapi sambutan para suporter tak pernah putus.
Artinya, para pendukung sungguh-sungguh memahami kondisi yang ada. Baik timnas 1975/76 dan 1985/86, secara teknis, mereka tidak kalah, baik dari Korut maupun Korsel. Hanya nasib yang saat itu tidak sedang berada di tengah kita.
Load more