News Bola Daerah Sulawesi Sumatera Jabar Banten Jateng DI Yogya Jatim Bali

Centeng Demokrasi

Saat negara “vakum ideologi” lalu ada aktor-aktor lain mengambil alih peran itu—entah ormas keagamaan atau GRIB Jaya dengan ketokohan Hercules—siapa yang kira-kita patut dipersalahkan?
Rabu, 7 Mei 2025 - 13:24 WIB
Pemred tvonenews.com, Ecep Suwardaniyasa, insert ilustrasi pelaku premanisme saat ditampilkan oleh Polresta Tangerang
Sumber :
  • tim tvonenews.com

(Catatan Pemred tvOnenews, Ecep Suwardaniyasa)

PADA dekade 1980-an membayangkan sosok preman adalah mengingat seorang lelaki berwajah macho, dengan bandana merah di kepala, mengenakan jaket kulit dan celana jeans belel. Rambutnya gondrong awut-awutan persis seperti penyanyi rock Ikang Fawzy yang di era itu memang mempopulerkan istilah preman dengan lagunya yang diputar di mana mana: dinyanyikan pengamen di perempatan jalan, di putar keras-keras di angkutan umum, dan diperdengarkan di pasar-pasar.

ADVERTISEMENT

GULIR UNTUK LANJUT BACA

“Di zaman resesi dunia
Pekerjaan sangat sukar, juga pendidikan
Di sudut-sudut jalanan banyak pengangguran
Jadi preman 'tuk cari makan.”

Namun, jangan dibayangkan lirik yang dinyanyikan Ikang bisa diputar di TVRI, televisi satu satunya milik pemerintah di Indonesia saat itu. Sensor akan menjegal habis lirik yang menceritakan kehidupan preman di Jakarta.

Tapi, itu cerita lama. Kini preman telah bersalin rupa tak ubahnya aktor politik resmi. Pakaiannya mirip tentara, berseragam lengkap dengan baret merah mirip pakaian resmi pasukan elit Republik. Bahkan pemimpinya Rosario de Marshall biasa dipanggil dengan nama Hercules saling tantang di media massa dengan mantan pemimpin tertinggi angkatan bersenjata.

Demikian membaca Hercules sekarang tidak sederhana menyikapi seorang preman yang memalak di ujung perempatan jalan. Hercules dengan GRIB Jaya bukan lagi sekadar aktor kekerasan, tetapi juga bagian dari struktur sosial-politik yang kompleks.

Razman Nasution bicara soal Dedi Mulyadi dan GRIB Jaya
Razman Nasution bicara soal Dedi Mulyadi dan GRIB Jaya
Sumber :
  • Instagram @razmannasution71

 

Hercules bukanlah tokoh politik dalam arti konvensional. Ia bukan anggota legislatif, bukan pemimpin partai, dan tidak pernah menjabat posisi formal dalam pemerintahan. Gatot Nurmantyo, Mantan Panglima TNI secara terang terangan menyebut Hercules “hanya” seorang tenaga bantuan operasi (TBO) yang direkrut ketika tentara menggelar operasi militer di Timor Timur pada 1975-1999. Saat itu tugas seorang TBO adalah pembantu tentara, seperti mengangkat logistik, menjadi pemandu medan, penerjemah, atau bahkan bagian dari operasi kontra-gerilya.

Namun, proses keterlibatan Hercules di TBO-lah sejatinya menjadi pintu masuknya memiliki jaringan kuat ke pimpinan militer yang kini punya pengaruh dalam dunia politik.  

Hercules lalu menunjukkan bagaimana kekuatan informal bisa mengalami institusionalisasi dan bertransformasi menjadi aktor politik yang sah. Ormas GRIB yang ia pimpin memiliki struktur organisasi, seragam, simbol, dan hierarki komando layaknya institusi formal. Mereka kerap tampil dalam kegiatan-kegiatan resmi, menyatakan dukungan politik kepada tokoh tertentu—-seperti Prabowo Subianto dalam Pemilu 2024-—dan bahkan mengklaim diri sebagai penjaga moralitas, ketertiban sosial, dan nasionalisme. Ini merupakan bentuk transformasi dari kekuatan jalanan menjadi kekuatan politik.

Peran kelompok preman, ormas, dan milisi dalam sistem politik dan sosial Indonesia pasca-Soeharto seperti saat ini pernah dikaji peneliti asing. Pakar politik dan keamanan internasional dari Universitas Murdoch, Ian Douglas Wilson dalam buku Politik Jatah Preman: Ormas dan Kuasa Jalanan di Indonesia Pasca Orde Baru mengungkap bagaimana kelompok-kelompok preman ini bisa beradaptasi karena memanfaatkan perubahan politik untuk memperkuat posisi mereka.

Bagi Wilson sejarah premanisme di Indonesia berdiri sekokoh tembok Istana. Kiprahnya bisa dilihat dari praktik sosial dan politik sejak masa kerajaan tradisional hingga era kiwari. Pada masa Orde Baru, misalnya kelompok preman sering digunakan sebagai alat untuk menegakkan ketertiban sosial versi negara dan melanggengkan kekuasaan rezim, misalnya melalui organisasi pemuda yang diberi kewenangan untuk menindak pengkritik rezim dengan mengatasnamakan Pancasila.

Potret bentrokan GRIB Jaya menyerang markas ormas Pemuda Pancasila (PP) di Bandung, Jawa Barat
Potret bentrokan GRIB Jaya menyerang markas ormas Pemuda Pancasila (PP) di Bandung, Jawa Barat
Sumber :
  • Istimewa

 

Tak lalu setelah Orde Baru runtuh, kelompok preman menghilang. Dunia percentengan ternyata juga bertransformasi dengan sama cepatnya mengikuti  lanskap politik Indonesia modern yang tengah berubah. Dengan jenial, para gali, preman, jago dalam skala lokal dan nasional membentuk berbagai organisasi mengatasnamakan membela agama dan memperkuat identitas etnis sebagai landasan pendirian “ormas”.

GRIB Jaya, yang didirikan oleh Hercules misalnya merupakan contoh konkret dari fenomena ini. Hercules, yang dikenal sebagai mantan preman di Tanah Abang, kini memimpin ormas yang memiliki struktur organisasi dan jaringan yang luas. Hercules yang awalnya beroperasi di luar sistem formal dapat memasuki arena politik melalui jalur organisasi masyarakat.

Menurut Wilson, jenis baru kelompok preman terorganisir ini lalu memadukan perburuan rente secara predatoris dengan klaim merepresentasikan kelompok sosial-ekonomi yang terpinggirkan. Wilson menekankan bahwa mereka berhasil merebut legitimasi yang tidak semata-mata dilandaskan pada tindak pemalakan dan kekerasan, tapi juga cerdik menjadi perantara antara politik informal jalanan dengan politik formal parlemen.

Hubungan simbiosis mutualisme, ujar Wilson, tercipta dari relasi saling membutuhkan semacam itu. Preman yang tergabung dalam ormas lalu memiliki daya tawar, sementara dunia politik formal juga memanfaatkan "layanan" mereka. Wilson menggambarkan situasi ini sebagai "mafia tanpa bos", di mana negara terpecah dan tidak mampu lagi mengendalikan “bekas tukang pukulnya” secara efektif. Pada akhirnya kelompok-kelompok ini menjadi aktor penting dalam konsolidasi kuasa kewilayahan di tingkat lokal maupun nasional.

Tentu selalu ada hubungan benci dan rindu. Sudah bukan rahasia jika kelompok-kelompok ini di tingkat bawah jadi “binaan” aparat keamanan di tingkat lokal. Pimpinan kelompok preman di tingkat lokal dan aparat resmi negara saling kunjung untuk berbagi “peran” dan “operasi” di lingkungannya masing-masing. Namun, ketika sudah “saling makan” jatah logistik di lapangan, hubungan bisa berubah saling antagonistik.

Eks preman Tanah Abang, Hercules
Eks preman Tanah Abang, Hercules
Sumber :
  • YouTube/Gus miftah official

 

Sayangnya, publik seringkali tak melihat fakta-fakta “di belakang layar” semacam itu. Kita (salah satunya pers) misalnya hanya menyaksikan peristiwa-peristiwa besarnya saja. Wartawan sibuk menulis penangkapan salah satu pentolan ormas GRIB Jaya Depok oleh petugas yang menimbulkan kekisruhan, anggota ormas lainnya mengamuk membakar sejumlah mobil milik aparat kepolisian. Jurnalisme investigasi tidak dihadirkan untuk mengungkap hubungan yang sebenarnya, relasi yang bisa membuat kita merasa miris, bagaimana sebuah ormas preman dalam struktur negara pada mulanya dibiarkan dan diberi kekuasaan lebih besar dari seharusnya.  

Yang jelas, keberadaan ormas seperti GRIB Jaya menimbulkan pertanyaan serius tentang masa depan demokrasi Indonesia. Fenomena GRIB Jaya menunjukkan bahwa demokratisasi di Indonesia belum sepenuhnya institusional. Proses politiknya masih sangat dipengaruhi oleh kekuatan informal dan hubungan patron-klien. Demokrasi prosedural sepertinya berjalan baik, tetapi substansinya sebenarnya masih sering diwarnai oleh praktik kekuasaan yang berbasis kekuatan jalanan, pamer otot dan loyalitas pribadi.

Lebih jauh, tumbangnya Orde Baru, menyadarkan kita Indonesia mengalami kekosongan ideologis. Orde Baru, dengan segala otoritarianismenya, suka atau tidak harus diakui berhasil menciptakan satu bentuk ideologi negara yang relatif stabil. Negara hadir memberikan rasa aman, penegakan hukum yang melanggar HAM, misalnya operasi memberantas premannya dengan menggelar petrus (penembakan misterius).

ADVERTISEMENT

GULIR UNTUK LANJUT BACA

Namun, ketika rezim Soeharto jatuh, negara seperti kerupuk tersiram air, meleyot menghadapi kelompok kelompok preman. Negara tidak mampu lagi menjadi sumber tunggal moralitas dan nilai-nilai kolektif. Di tengah kekosongan inilah, ormas-ormas baru bermunculan untuk mengklaim posisi ideologis tersebut.

Nah, saat negara “vakum ideologi” lalu ada aktor-aktor lain mengambil alih peran itu—entah ormas keagamaan atau GRIB Jaya dengan ketokohan Hercules—siapa yang kira-kita patut dipersalahkan?

Komentar

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

Jangan Lewatkan

Masih Ingat Carlos Raul Sciucatti? Pesepak Bola Argentina yang Jadi Mualaf sampai Belajar Islam di Pesantren Kalimantan

Masih Ingat Carlos Raul Sciucatti? Pesepak Bola Argentina yang Jadi Mualaf sampai Belajar Islam di Pesantren Kalimantan

Kisah Carlos Raul Sciucatti, pesepak bola asal Argentina yang lama berkarier di Indonesia, memutuskan menjadi mualaf hingga mendalami Islam di pesantren Kalimantan.
Satgas PKH Kantongi Identitas Perusahaan Diduga Biang Kerok Banjir Bandang Sumatera

Satgas PKH Kantongi Identitas Perusahaan Diduga Biang Kerok Banjir Bandang Sumatera

Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) mengungkapkan pihaknya telah mengantongi identitas perusahaan yang menyebabkan banjir bandang di sejumlah wilayah di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar).
Tak Sesangar di Media Sosial, Resbob Tertunduk Seperti Ayam Sayur Saat Diringkus Polisi

Tak Sesangar di Media Sosial, Resbob Tertunduk Seperti Ayam Sayur Saat Diringkus Polisi

Sosok YouTuber sekaligus streamer Resbob yang kerap tampil lantang dan provokatif di media sosial, tampak jauh berbeda saat diamankan aparat kepolisian....
Jangan Diteruskan, Lakukan 4 Langkah Awal Ini jika Kamu Alami Cedera saat Main Padel

Jangan Diteruskan, Lakukan 4 Langkah Awal Ini jika Kamu Alami Cedera saat Main Padel

Jika kamu mengalami cedera saat bermain padel, pastikan untuk langsung melakukan empat langkah di bawah ini.
Megawati Hangestri Bersyukur Raih Perunggu SEA Games 2025: Persiapan Singkat, Timnas Voli Putri Tampil Maksimal

Megawati Hangestri Bersyukur Raih Perunggu SEA Games 2025: Persiapan Singkat, Timnas Voli Putri Tampil Maksimal

Timnas voli putri Indonesia memastikan posisi ketiga setelah menumbangkan Filipina dengan skor 3-1 pada laga perebutan medali perunggu yang berlangsung di Hua Mak Indoor Stadium, Bangkok, Senin (15/12/2025).
2 Tips yang Bisa Dilakukan agar Dapat Mencegah Cedera saat Bermain Padel, Pemula Harus Paham!

2 Tips yang Bisa Dilakukan agar Dapat Mencegah Cedera saat Bermain Padel, Pemula Harus Paham!

Sebagai pemula dalam olahraga padel, dua tips ini harus dipahami lebih dulu untuk meminimalisir risiko cedera saat bermain padel.

Trending

Tak Sesangar di Media Sosial, Resbob Tertunduk Seperti Ayam Sayur Saat Diringkus Polisi

Tak Sesangar di Media Sosial, Resbob Tertunduk Seperti Ayam Sayur Saat Diringkus Polisi

Sosok YouTuber sekaligus streamer Resbob yang kerap tampil lantang dan provokatif di media sosial, tampak jauh berbeda saat diamankan aparat kepolisian....
Satgas PKH Kantongi Identitas Perusahaan Diduga Biang Kerok Banjir Bandang Sumatera

Satgas PKH Kantongi Identitas Perusahaan Diduga Biang Kerok Banjir Bandang Sumatera

Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) mengungkapkan pihaknya telah mengantongi identitas perusahaan yang menyebabkan banjir bandang di sejumlah wilayah di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar).
Posisi Runner-up SEA Games 2025 Makin Aman Usai Indonesia Panen 12 Emas Dalam Sehari, Erick Thohir Soroti Tim Atletik

Posisi Runner-up SEA Games 2025 Makin Aman Usai Indonesia Panen 12 Emas Dalam Sehari, Erick Thohir Soroti Tim Atletik

Gelombang medali emas yang diraih kontingen Indonesia pada hari kelima SEA Games 2025 di Thailand, Minggu (15/12), mendapat perhatian khusus dari Menpora, Erick Thohir. 
Atalia Praratya Resmi Gugat Cerai Ridwan Kamil!

Atalia Praratya Resmi Gugat Cerai Ridwan Kamil!

Atalia Praratya resmi menggugat cerai Ridwan Kamil. Pengadilan Agama Bandung pastikan sidang perdana digelar Rabu pekan ini.
Ramalan Keuangan Zodiak 16 Desember 2025: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo hingga Pisces

Ramalan Keuangan Zodiak 16 Desember 2025: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo hingga Pisces

Ramalan keuangan zodiak 16 Desember 2025 lengkap untuk Aries hingga Pisces, berisi nasihat finansial dan angka hoki untuk membantu kelola rezeki. Cek ramalanmu!
Tak Hanya sebut Skripsi Jokowi Tak Ada Nama Dosen Penguji, Kubu Roy Suryo: Joko Widodo Tidak Punya Sikap Kenegarawan

Tak Hanya sebut Skripsi Jokowi Tak Ada Nama Dosen Penguji, Kubu Roy Suryo: Joko Widodo Tidak Punya Sikap Kenegarawan

Polda Metro Jaya baru saja menggelar perkara kasus tudingan ijazah palsu Jokowi, pada Senin (15/12). Bahkan, dalam gelar kasus itu, Kubu Roy Suryo angkat bicara
Kondisi Finansial Zodiak 16 Desember 2025: Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius, dan Pisces

Kondisi Finansial Zodiak 16 Desember 2025: Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius, dan Pisces

Berikut ramalan kondisi finansial zodiak pada 16 Desember 2025 untuk enam zodiak terakhir, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius, dan Pisces.
Selengkapnya

Viral

ADVERTISEMENT