Tentunya, fenomena ini jelas telah menimbulkan sebuah pertanyaan besar: apa yang mendorong para mahasiswa tersebut untuk mengonsumsi begitu banyak gula. Mari kita kupas kebiasaan ini. Apakah mahasiswa kita terlalu manis untuk dikendalikan, atau justru sedang menuju masalah kesehatan yang serius?
Bicara terkait pola konsumsi, terdapat faktor pembentuk di dalamnya.
Pola konsumsi merupakan salah satu bentuk habitus. Habitus? Apaan, tuh? Sederhananya, habitus menurut Bourdieu adalah cara berpikir, merasa, dan bertindak yang terbentuk dari pengalaman hidup dan lingkungan sosial seseorang.
Habitus cenderung sulit diubah karena sudah tertanam dalam diri seseorang. Bentuk habitus konsumsi SSB, seperti selalu memilih teh kemasan saat istirahat belajar atau menjadikan kopi susu sebagai teman begadang.
Dalam konteks ini, habitus konsumsi SSB dapat terbentuk karena peran struktur sosial, agen sosialisasi, dan faktor-faktor lainnya.
Struktur sosial seperti kebijakan dan kapitalisme mempengaruhi siklus konsumsi SSB anak muda. Beberapa di antaranya adalah pemerintah yang belum membuat kebijakan pengenaan pajak untuk SSB. Padahal, hal tersebut terhitung efektif di negara maju sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, struktur kapitalisme yang kental juga mendukung.
Kapitalisme menimbulkan peningkatan dalam produksi minuman-minuman manis terlepas dari kondisi data obesitas di Indonesia bisa melewati perusahaan produksi dan penampilan iklan yang mengecoh.
Meski dianggap mandiri, faktor agen sosial seperti keluarga dan teman juga memengaruhi. Keluarga, sebagai agen terdekat membentuk kebiasaan konsumsi sejak dini.
Load more