Suara Jernih dari Kampus
- tim tvone
Selama ini guru guru besar di kampus ---bagian kelas menengah--- nyaris terbelah dalam oposisi biner yang tak bisa dipertemukan. Pertama, jadi kelompok yang mendekat dan jadi bagian kekuasaan. Kedua, menjauh dan memusuhi kekuasaan. Kedua kubu nyaris saling tidak bertegur sapa.
Ketika intelektual jadi teknokrat dan masuk ke dalam kekuasaan akan meninggalkan seluruh baju akademis dan ilmu pengetahuannya. Ia menjadi loyal dan sangat patuh pada penguasa. Sementara kubu lainnya seperti “jijik” dengan perubahan intelektual yang masuk ke dalam kekuasaan.
Akibatnya, mayoritas akademisi jadi terlalu mengambil jarak dengan kekuasaan. Terlibat dalam politik kekuasaan dianggap mengotori dunia intelektualitas. Pada akhirnya barisan pemikir di kampus tinggal di menara menara gading, jadi makhluk yang apolitis, seperti terpisah dari denyut denyar keadaan sosial politik yang tengah berlangsung.
Padahal, menurut Arief Budiman, ---intelektual publik yang juga pelopor demonstrasi mahasiswa pada 1966 dan demonstran pertama rezim Soeharto pada 1970-an---, dalam sejarah Indonesia Modern peran masyarakat intelektual di kampus selalu jadi kelompok penekan (pressure group) yang organik.
Jadi kelompok penekan tak harus memiliki massa yang besar dan bisa dilakukan siapa saja, apalagi akademisi di perguruan tinggi. Sebab, ujar Arief Budiman, setiap kelompok warga, organisasi masyarakat, dosen perguruan tinggi, pelajar dan mahasiswa yang terorganisir untuk memperjuangkan kepentingan umum, kepentingan materiil, ideologi maupun nilai-nilai bersama adalah bagian kelompok penekan yang efektif.
Tugas kelompok ini membuat penguasa mengenali lagi kepentingan umum, nilai-nilai keadaban publik yang diteriakkan, lalu penguasa akan memberikan tempat pada nilai-nilai yang dituntut, sehingga keadaan yang dekadens akan berubah.
Daya gedor kelompok penekan tergantung pada isi dari apa yang diperjuangkan. Apa yang dilakukan kelompok masyarakat menengah sipil di Muhammadiyah, UGM, UII dan Universitas Indonesia itu misalnya akan bergema, hidup, bertaut kuat di masyarakat bila menyuarakan kebenaran yang dialami dan diakui sebagian besar masyarakat.
Dengan kata lain, selamanya gerakan dari kampus tetap hanyalah kekuatan moral, bukan kekuatan politik. Ia hanyalah kekuatan korektif yang temporer.
Load more