Wikipedia mencatat, dalam karier yang membentang lebih dari lima dekade, Ikranagara beberapa kali dinominasikan untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia. Yaitu untuk perannya sebagai paman yang menjengkelkan dalam drama komedi romantis Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986) sebagai Aktor Pendukung Terbaik dan untuk perannya sebagai tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, KH. Hasyim Asy'ari dalam film biografi "Sang Kyai" sebagai Aktor Terbaik.
Ikranagara juga pernah menyabet penghargaan sebagai Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (2009), dan Pemeran Utama Pria Terbaik Indonesian Movie Award (2009).
Ikranagara menikah dengan Kay Glassburner tahun 1970. Dari pernikahan itu mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki, Innosanto (lahir 1970) dan Biko (lahir 1980). Menurut aktris Jajang C Noer, Kay Ikranagara yang berasal dari AS itu dulu ke Indonesia untuk melakukan penelitian kesenian Betawi sebagai bahan disertasi untuk meraih gelar doktornya. Namun, Jajang tidak begitu mengetahui bagaimana ihwalnya Kay, putri Prof Bruce Glassburner yang terkenal itu kecantol Ikranagara.
Adalah Jajang pula yang pertama kali menyebarkan berita Ikra wafat ke WAG komunitas seniman Indonesia hari Senin lalu. Kontak Inno di AS saya peroleh juga dari Jajang.
Film legendaris
Jauh sebelum itu Ikranagara memang sudah bermain dalam beberapa film legendaris Indonesia, seperti "Pagar Kawat Berduri" (1961), "Bernafas dalam Lumpur" (1970), dan "Si Doel Anak Modern" (1976). Selain sebagai aktor, Ikranagara aktif melukis, dan menulis skenario.
Tiada lagi kawan pelantang kesenian itu. Begitulah takdir bekerja. Seniman besar yang sepanjang kariernya dielu-elukan publik penggemar, namun mengalami kesepian saat akhir hidupnya. Bahkan, tanpa dilepas oleh anak, istri dan empat cucunya ketika menghadap Ilahi.
Innalillahi Wainnailaihi Rojiun.
Selamat jalan kawan.(chm)
Load more