Surabaya, 4/6 – Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, meminta awak media untuk tidak membesar-besarkan prediksi yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai ancaman tsunami setinggi 29 meter di wilayah pesisir selatan Jatim. Sebab menurut Khofifah, prakiraan itu tersebut justru membuat masyarakat khawatir.
“Boleh enggak saya minta ndak usah di-blasting yang seperti itu,” kata Khofifah saat diwawancarai usai penyerahan bantuan modal dan gerobak untuk Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) di Masjid Al-Akbar, Surabaya, Jawa Timur.
“Itu kan saya pernah bilang, cuma kan sepertinya kok setelah ini covid belum berhenti penyebarannya cerita lagi soal tsunami atau gempa. Saya minta tolong kepada teman-teman diberikan suasana yang tenang kepada masyarakat,” lanjutnya.
Menurut Gubernur, pihaknya juga telah melakukan mitigasi secara mendetail setelah mendapat paparan dari BMKG untuk mengantisipasi bencana tersebut.
“Sudah dihitung kalau dari sini kira-kira pusat gempa evakuasinya ke mana, evakuasi kira-kira butuh berapa menit, pada ketinggian berapa, sudah sangat detail. Kalau ditanya ke Bupati Pacitan yang lama sudah tahu karena kita sudah beberapa kali rapat virtual dengan pakar dari LIPI, dari ITS,” tambahnya.
Khofifah menuturkan, prediksi yang disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Webinar Kajian dan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami di Jawa Timur (28/5), juga sudah pernah disampaikan sebelumnya.
“Ingat enggak yang dimitigasi berbeda dengan pusat gempanya waktu di Malang dan Lumajang. Yang dimitigasi waktu itu Pacitan, Muncar, Pancer, Trenggalek, Tulungagung. Sudah lama itu, Bu Dwikorita sudah dua kali datang ke Grahadi mungkin karena kemarin ada hoaks 8,3 skala richter itu kan,” kata Khofifah.
Sebelumnya, dalam webinar yang disiarkan secara langsung melalui akun infoBMKG di YouTube, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan skenario terburuk gempa dengan kekuatan magnitudo 8,7 dan tsunami dengan tinggi 29 meter yang mungkin menimpa wilayah Jatim.
“Skenario terburuk kekuatannya (Magnitudo) 8,7. Ini bisa membangkitkan tsunami sehingga yang kami cek itu adalah kesiapan aparat setempat dan juga pemerintah daerah setempat, serta kesiapan sarana prasarana untuk evakuasi bila terjadi tsunami,” ujar Dwikorita. Kepala BMKG ini menyampaikan bahwa pemaparannya merupakan hasil survei dan penelitian.
Namun dia menegaskan bahwa prediksi ini disampaikan agar semua pihak siap siaga menghadapi ancaman terburuk.
“Bukan berarti pasti ada gempa, tidak, kami tidak ada kepastian. Cuma ada tren peningkatan kejadian gempa-gempa kecil yang biasanya mengawali gempa besar,” kata Dwikorita yang kemudian memperlihatkan ratusan titik kejadian gempa yang terjadi di wilayah selatan Jawa Timur sejak tahun 2008. Menurutnya ratusan kejadian tersebut merupakan dasar untuk memprediksi kemungkinan terjadinya tsunami, menghitung berapa ketinggian gelombang, kapan waktu datangnya, dan berapa jarak masuknya.
Dari hasil simulasi secara matematika yang dilakukan BMKG, ditemukan adanya potensi tinggi maksimum tsunami yakni 26-29 meter di Kabupaten Trenggalek, dan waktu tiba tercepat yakni 20-24 menit di Kabupaten Blitar. (act)
Load more